Mohon tunggu...
Restu Arum
Restu Arum Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Panggil saya Arum, menulis dah jadi kesenangan sejak kecil...semoga bisa jadi penulis beneran...tinggal di samarinda saat ini bercita-cita bisa keliling dunia...meet me at www.aroemnya.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tepian oh tepian,nikmatnya...

13 Agustus 2011   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:50 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepian,begitu selalu orang menyebut kota Samarinda karena identik dengan posisi kota yang dibelah oleh sungai Mahakam. Sebenarnya meski kota ini dipenuhi debu di sore hari sepanjang tepian mahakam mulai dari jembatan mahakam sampai ke kantor gubernur kaltim,pemandangan langit dikala senja cukup indah dinikmati sambil duduk-duduk bersama teman,atau keluarga.
Hanya saja saya heran bagaimana para remaja memanfaatkan lokasi-lokasi yang terbuka,dan merupakan ruang publik selalu nyaman dan asyik bermesraan dengan pasangan lawan jenisnya secara ekstrem. Hal ini menjadi pemandangan yang tidak aneh lagi bagi saya sejak tiga tahun tinggal di kota ini,hanya saja sejak saya bekerja di sebuah kantor yang lokasinya menghadap langsung taman di tepian,selalu ada saja kejadian unik yang menjadi tontonaan bagi saya dan teman-teman kantor dari seberang jalan,bahkan di bulan puasa seperti sekarang ternyata tidak membuat pasangann-pasangan tertentu untuk meluapkan nafsu birahi di ruang publik dan dapat ditonton orang-orang.pernah suatu senja disaat teman-teman bagian pengangkutan barang sedang bahu membahu mengangkat alat berat di depan kantor,secara tidak sengajaa kami mendapati sepasang kekasih begitu bebas mengumbar nafsu dengan tanpa malu-malu di taman menghadap sungai,saya heran karena lokasi ini dekat dengan pos polisi dan sangat terbuka tepat di pinggir jalan raya utama,tetapi mereka seakan tidak perduli,hal ini membuat risih saya dan kawan-kawan sehingga meski kita memberikan reaksi yang secara tidak langsung mengarah kepada protes aksi mereka dan mereka tetap tidak memperdulikannya,akhirnya kami hanya bisa menggeleng-geleng kepala.
Kejadian ini bukan pertama kalinya,saya tidak ingin menghakimi hanya mengeluarkan pendapat tentang bagaimana bahkan para remaja di bawah umur pun sudah berani terbuka seperti itu di ruang publik dan menjadi konsumsi publik membuat saya khawatir tentang perkembangan mental dan pola pikir anak-anak yang secara tidak sengaja menyaksikan pemandangan semacam itu.
Sungguh miris,semoga saja binaan dari keluarga dapat mencegah hal-hal yang tidak kita harapkan di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun