Apes sungguh apes.. niat hati ingin berbagi, eh.. Â malah kena marah bapak sopir angkot.
Pukul 16.30 sore kemarin, Â selepas mengajar, saya memutuskan untuk pergi ke mall Lembuswana Samarinda. Sendiri saya pergi kesana dengan menggunakan jasa angkutan kota berwarna hijau dengan label "A". Sore itu rupanya saya menjadi penumpang satu-satunya dalam angkot tersebut. Cukup menyenangkan menjadi penumpang satu-satunya karena bisa geser kanan geser kiri sambil meluruskan kaki :).
Setelah beberapa saat, angkot yang saya tumpangi berhenti di lampu merah. Pada saat itu terlihat beberapa anak penjual koran menjajakan korannya kepada setiap pengendara, serta pengamen-pengamen kecil, tanggung, dan dewasa mulai bernyanyi sekenanya. Sebagian besar dari mereka mendatangi mobil-mobil pribadi, berharap ada hasil dari sana. Namun ada juga sebagian kecil yang mendatangi motor maupun angkot. Salah satunya adalah seorang remaja tanggung(mungkin sekitar 12 atau 13 tahun usianya) dengan okulele di tangannya, yang saat itu bernyanyi d dekat jendela angkot yang saya tumpangi. Tanpa pikir panjang, spontan saja saya memberikan sebagian uang saya sambil tersenyum dan mengatakan "Semangat dek". Remaja tanggung itu tersenyum sambil berterima kasih. Setelah dia berlalu, bapak sopir yang dari tadi diam saja mulai mengeluarkan suara. beginilah percakapan singkat kami:
Bapak sopir: "Mbak ngapain ngasih itu bocah duit segala? yang kayak begitu ndak usah di kasihani mbak, mereka itu males-males"
Saya: "Ndak papa pak, saya pengen aja"
Bapak sopir: "Oalah mbak... yang kayak begitu kalau di beri malah jadi kebiasaan, ndak bagus. Menipu orang."
Saya: "Ya sayanya nggag merasa dirugikan koq pak, lha wong saya cuma niat ngasi."
Bapak Sopir:"Wah yang begini ini, anak anak begitu jangan di kasihani mbak. Mereka itu pada males semua. Kalau saya mau ngasih, saya lihat dulu mbak, bener perlu ndak ini orang. Walaupun ndak ngemis kalau mereka perlu saya kasi ,mbak, tapi ndak yang model kayak begini ini"
Saya: "Ya monggo pak... kalau saya nggag mikir sejauh itu, dan saya ndak nyesel lho pak"
Bapak: "hahaha... salah mbak ini, salaaahhh"
Setelah percakapan itu saya terdiam sampai di tempat tujuan. Saya beristighfar dalam hati. Apa iya saya salah? apa iya saya telah mendukung mereka untuk  jadi ndak bener seperti yang tersirat dalam percakapan bapak tadi. Sungguh tidak ada niat sedikitpun untuk membantu mereka menjadi ndak bener. Menurut saya, tidak ada yang salah dalam kejadian singkat bersama pengamen tadi.  Semua kembali ke pribadi masing- masing. Saya ndak berhak ikut campur, jumlah yang sangat tidak seberapa tadi terserah deh mau di apakan sama anak itu, saya pun sungguh tidak berhak berburuk sangka ke pengamen itu.  Baik atau buruk, biar masing2 individu yang mempertanggung jawabkan. Sekali lagi saya mengelus dada. Biarlah Allah yang tau hati setiap hambanya.