Kapal selam KRI Nanggala -- 402 resmi dinyatakan subsunk atau tenggelam pada Sabtu, 24 April 2021 sestelah sebelumnya dinyatakan hilang kontak saat melaksanakan latihan penembakan torpedo di perairan utara Pulau Bali pada Rabu, 21 April 2021. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan 53 personel dalam kapal selam KRI Nanggala-402, termasuk 49 anak buah kapal dan 4 personel non-ABK, gugur ketika menjalankan tugas negara. Penemuan lokasi KRI Nanggala-402 di kedalaman 838 meter utara Pulau Bali berasal dari hasil pemindaian peralatan pemancar sonar multibeam echosounder (MBES) dan magnetometer yang dipasang di KRI Rigel-933. Selanjutnya, hasil pemindaian dikonfirmasi dengan pencitraan bawah air secara visual dari peralatan kendaraan bawah air yang dikendalikan dari jarak jauh (ROV), oleh Kapal MV Swift Rescue, bantuan Singapura.
Sumber: Kompas.com
Dalam kejadian ini, terdapat beberapa kemungkinan risiko yang akan terjadi. Kemungkinan risiko yang pertama adalah  faktor mesin. Dalam hal ini, kurangnya tata kelola perawatan dan pemeliharaan terhadap mesin kapal yang mungkin saja membutuhkan perhatian lebih dikarenakan mesin kapal yang sudah tua bisa menjadi salah satu risiko yang menyebabkan berbagai kecelakaan dan sudah jelas akan memakan korban. Karena kondisi mesin yang berada di bawah standar kesiapan akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan. Dalam risiko pada faktor mesin ini, juga terdapat kemungkinan blackout atau mati listrik. Tetapi saat kapal menyelam, diketahui lampu masih menyala semua yang berarti tidak blackout.
Kemungkinan risiko yang kedua adalah faktor alam. Hal ini dapat terjadi dikarenakan tekanan air laut yang begitu kuat di kedalaman 600 meter yang dapat menyebabkan kerusakan fatal bagi kapal selam. Tekanan air di kedalaman 850 meter berbeda dengan kedalaman 0---200 meter di dalam laut. Pada kedalaman 1000 meter, tekanan air sekitar 100 atm (1 atm = 1,03 kg/cm2).
Kemungkinan risiko ketiga yaitu human error (kesalahan manusia). Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, human error merupakan risiko dasar yang dapat terjadi kapanpun. Tetapi dalam kejadian tenggelamnya KRI Nanggala -- 402, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI, Yudo Margono, berkeyakinan bahwa tenggelamnya kapal bukan karena human error, karena saat proses penyelaman sudah melalui prosedur yang ada. Hal itu terbukti mulai dari laporan penyelaman, penjejak, hingga pelaksaaan peran-peran saat penyelaman dilakukan.
Kemungkinan risiko yang terakhir adalah penyerangan oleh pihak lain berupa penembakan yang dilakukan oleh kapal selam Perancis. Dari banyaknya berita yang beredar, banyak sekali opini yang mengatakan bahwa tenggelamnya KRI Nanggala -- 402 disebabkan oleh kapal selam Perancis dikarenakan kapal selam Perancis sempat mampir ke perairan Indonesia. Tetapi dapat dipastikan bahwa berita tersebut tidak benar adanya. Karena seperti sudah diberitakan sebelumnya, analisis awal tenggelamnya kapal KRI Nanggala -- 402 dikarenakan oleh faktor alam, walaupun nantinya badan kapal harus diangkat ke permukaan terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab pasti tenggelamnya KRI Nanggala -- 402.
ADS11
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H