Mohon tunggu...
Arumdia PrahmanaMandri
Arumdia PrahmanaMandri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Siber Asia

Suka nyanyi tapi bukan penyayi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kampanye Pilpres di Media Sosial: Antara Kesempatan dan Tantangan

8 Februari 2024   12:24 Diperbarui: 8 Februari 2024   12:45 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekurangan Kampanye Pilpres melalui Media Sosial yaitu Media sosial rentan terhadap penyebaran informasi palsu atau hoaks yang dapat mempengaruhi opini publik dengan cepat. Media sosial cenderung memperkuat filter bubble, di mana pengguna hanya terpapar pada pandangan politik yang sejalan dengan keyakinan mereka sendiri, yang dapat memperbesar polarisasi politik. Tidak semua lapisan masyarakat memiliki akses yang sama terhadap media sosial, yang dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam akses terhadap informasi politik. Algoritma media sosial dapat memengaruhi jenis konten politik yang dilihat oleh pengguna, yang dapat mengurangi keragaman pandangan politik. Banyaknya informasi yang beredar di media sosial membuat sulit bagi pengguna untuk memverifikasi kebenaran dan kredibilitas informasi.

Literasi Media Digital dapat membantu masyarakat untuk lebih kritis terhadap informasi yang tersebar di media sosial dengan memahami dampak algoritma, memiliki sikap kritis, menggunakan sumber yang terpercaya, berpartisipasi dengan bertanggung jawab.

Tantangan Etika dalam Kampanye Digital

Dua tantangan etika yang muncul selama kampanye pilpres di media sosial adalah:

Penyebaran Informasi Palsu (Hoaks): Penyebaran informasi palsu atau hoaks adalah salah satu tantangan utama dalam kampanye pilpres di media sosial. Para kandidat atau pendukungnya mungkin menyebarkan informasi yang tidak benar atau meragukan untuk memengaruhi opini publik atau merusak reputasi lawan politik.

Polarisasi dan Konflik: Media sosial cenderung memperkuat polarisasi politik dengan menghadirkan filter bubble di mana pengguna hanya terpapar pada pandangan politik yang sejalan dengan keyakinan mereka sendiri. Hal ini dapat memperburuk konflik politik dan memperbesar kesenjangan antar kelompok dalam masyarakat.

Peran literasi media digital dalam mengatasi atau meminimalkan tantangan etika tersebut adalah sebagai berikut

  • Mengidentifikasi dan Mengevaluasi Informasi
  • Mengembangkan Sikap Kritis
  • Berpartisipasi dengan Bertanggung Jawab
  • Mendukung Konten yang Berkualitas

Dengan demikian, literasi media digital memainkan peran penting dalam membantu individu mengatasi tantangan etika yang muncul selama kampanye pilpres di media sosial, serta dalam meminimalkan dampak negatifnya terhadap proses demokrasi dan dialog politik.

Selamat memasuki tahun politik!

Arumdia  Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Siber Asia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun