Sebentar lagi akan ada pesta olahraga terbesar di dunia yaitu Olimpiade yang berlangsung di Rio De Janeiro Brasil pada tanggal 5 Agustus - 21 Agustus 2016 yang terkenal dengan sebutan Olimpiade Rio 2016 dan sebutan secara resmi Games of XXXI Olympiad.  Semua masyarakat menyambut antusias euforia Olimpiade ini dan tak mau kalah dengan Multivision Plus (MVP) ikut memeriahkan olimpiade tahun ini dengan pemutaran sebuah film bertemakan Olimpiade berdasarkan kisah nyata atlit pertama perwakilan Indonesia memperoleh sebuah medali melalui cabang olahraga panahan pada tahun 1988 di Seoul Korea Selatan.
Film berjudul 3 Srikandi mengisahkan tentang atlit cabang panahan bernama Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani yang dilatih oleh Donald Djatunas Pandiangan mantan atlit panah Indonesia yang terkenal dengan sebutan "Robin Hood Indonesia".Â
Donald Djatunas Pandiangan, diperankan oleh Reza Rahardian pernah kecewa dengan pemerintah Indonesia yang pada saat itu memboikot Olimpiade Moskow tahun 1980 dengan tidak mengirimkan atlit Indonesia.  Boikot ini sebagai wujud protes pemerintah Indonesia terhadap Uni  Soviet melakukan invasi militer ke Afghanistan pada tahun 1979.  Setelah kegagalan ikut serta Olimpiade Moskow tersebut akhirnya Donald Pandiangan meninggalkan profesi atlit panahan dan bekerja sebagai montir.
Setelah diceritakan sedikit tentang Donald Pandiangan, film ini mulai mengenalkan 3 pemanah wanita yang mengikuti seleksi atlit Panahan perwakilan dari seluruh nusantara.  Nutrifitriyana Saiman panggilan Yana berasal dari Jakarta, diperankan oleh Bunga Citra Lestari yang saat itu keinginan menjadi atlit Panahan sangat ditentang oleh ayahnya karena ayahnya menginginkan Yana fokus menyelesaikan skripsinya.  Kusuma Wardhani perwakilan dari Makasar (pada saat itu nama kota Ujungpandang) diperankan oleh Tara Basro dari keluarga sederhana yang memiliki 3 adik kandung dan selama menjadi atlit panah juga bekerja disebuah toko sepatu. Suma (nama panggilannya) sebelum berangkat seleksi atlit panahan Pelatnas diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), sehingga ayahnya tidak setuju dengan keberangkatannya ke pelatnas.  Ayah Suma menginginkan Suma mengambil pilihan menjadi PNS yang sudah jelas masa depannya daripada menjadi seorang atlit yang masih tahap seleksi.Selanjutnya Lilies Handayani  orang jawa tulen diperankan oleh Chelsea Islan, melanjutkan profesi orang tua sebagai atlit dan selalu dilatih oleh ibunya.  Ibu Lilies memang mendukung Lilies menjadi atlit panah, hanya saja masalah yang dihadapi Lilies selama mengikuti seleksi atlit panah ketika ibunya tidak merestui hubungan percintaan Lilies dengan Denny (diperankan oleh Mario Irwinsyah), dimana ibunya ingin menjodohkan Lilies dengan salah seorang anak pengusaha mebel.
Setelah ketiganya terpilih mengikuti seleksi panah dibawah pelatih Donald Pandiangan, mereka diajak ke sebuah kota kecil Sukabumi sebagai asrama dan juga tempat latihan memanah. Â Donald Pandiangan menggunakan cara tak lazim cenderung tradisional dan sederhana dalam melatih mereka, yaitu menjaga keseimbangan diatas sebuah drum sekaligus membidik papan target.Donald Pandiangan selalu mengatakan kepada anak didiknya"Musuh besar pemanah adalah diri sendiri" Fokus adalah kunci keberhasilan seorang pemanah. Â Untuk melatih fokus maka diajaklah mereka ke sebuah pantai yang memiliki ombak lumayan tinggi dan menyuruh mereka mulai memanah papan target dengan mengabaikan suara berisik ombak.
Selama menjalani pelatihan, Yana, Suma dan Lilies menghadapi masalah pribadi yang mempengaruhi psikologis masing-masing dan sempat mengalami penurunan hasil pelatihan. Â Masa-masa sulit ini mulai bisa dilalui dengan dukungan dari pelatih dan sesama temannya sehingga akhirnya mereka berangkat menuju ke Seoul Korea Selatan.
Pertama kalinya Indonesia mendapatkan medali di Olimpiade setelah 36 tahun keikutsertaan Olimpiade sejak tahun 1952. Â MVP seperti mengingatkan kita untuk mengenang perjuangan pahlawan Indonesia dari olahraga cabang Panahan yang mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. Â Jiwa nasionalis sangat ditonjolkan di film ini karena 3 Srikandi ini tidak mudah untuk bisa mencapai tujuannya menjadi atlit kebangaan bangsa Indonesia.
Film ini disutradarai oleh Iman Brotoseno dengan penata musik Agi Narrotama yang membuat kita bernostalgia dengan lagu paling hits di era 1980/90-an seperti Ratu Sejagad, Astaga dan Tentang kita. Saya juga ikut bersenandung bernostalgia mendengarkan lagu-lagu tersebut dan merasakan kegembiraan melihat adegan yang diiringi lagu lama.  Penulis naskah oleh Swastika Nohara menampilkan suasana tahun 1988 dimana di setiap kegiatan Donald selalu menggunakan mobil VW panjang berwarna biru langit, dan juga ditampilkan sosok Presiden RI Soeharto yang tampak dari belakang ketika upacara pemberangkatan atlit Olimpiade 1988.
Untuk acting Reza Rahardian kali ini menjadi orang Batak dan tidak perlu diragukan lagi, bisa menjiwai karakter sebagai Donald Pandiangan yang berbeda dengan karakter film sebelumnya Rudi Habibie. Â Yang lumayan menyita perhatian adalah actingnya Chelsea Islan karena harus memerankan Lilies orang jawa yang kental medhoknya.
Kita dibuat tertawa dengan karakter Lilies yang ceria dan polos dan disini Chelsea Islan tidak kelihatan asli keturunan bulenya (hehehe). Bunga Citra Lestari memang layak disebut artis serba bisa baik sebagai penyanyi maupun pemeran film, berperan sebagai Yana yang paling dewasa dan feminim. Â Tara Basro juga tidak kalah dengan acting ketiga pemeran lainnya, berperan sebagai Suma yang pendiam dan saat itu menjalin asmara atau cinta lokasi dengan pelatih atlit Panahan pria bernama Adang Ajiji yang akhirnya menjadi suami Suma.