Batik sudah diakui oleh dunia dengan ditetapkannya sebagai warisan budaya oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 dan selalu diperingati oleh masyarakat Indonesia dengan Hari Batik. Â Awalnya memang batik identik dengan kebudayaan Jawa, namun nyatanya batik mulai berkembang dan hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki batik dengan beradaptasi kearifan lokal dan salah satunya adalah batik Tangsel.Â
Ternyata memang banyak warga Tangsel yang belum terlalu mengenal dengan Batik Tangsel, oleh sebab itu Ketapels sebagai salah satu komunitas kompasiana Tangerang Selatan mengadakan workshop membatik di Galeri Sekar Purnama pada tanggal 25 Maret 2017. Â Workshop membatik ini langsung dibimbing oleh Ibu Nelty Fariza selaku founder Galeri Sekar Purnama dengan menggandeng Bank Danamon.Â
WORKSHOP MEMBATIK ETNIK TANGSEL
Workshop membatik dimulai tepat pukul 09.00WIB dimana ini sudah menjadi trademark Ketapels memulai sebuah acara secara ontime, dan sebagai narasumber pertama dan selaku tuan rumah workshop membatik pagi itu Ibu Nelty menjelaskan bahan yang diperlukan untuk membatik.  Bahan dasarnya berupa lilin/malam, canting, kompor kecil, wajan kecil dan pewarna.  Kompasianer peserta workshop diberikan satu lembar kain ukuran sapu tangan dengan design setengah jadi yang sudah ada motifnya dan bisa ditambahkan motif lainnya sesuai kreasi masing-masing.  Motif yang sudah ada di kain tersebut merupakan motif yang menjadi ikon dari Kota Tangerang Selatan seperti flora khas Tangsel, anggrek.  Motif anggrek memang menjadi salah motif unggulan batik Tangsel dengan menonjolkan kearifan lokal yaitu budidaya anggrek yang berada di Pamulang.  Motif lain yang menjadi kebanggaan warga Tangsel dengan beradaptasi kearifan lokal yaitu motif kacang sangria dari Keranggan, motif Situ Gintung untuk memperingati peristiwa longsornya Situ Gintung, motif budaya berupa ondel-ondel(Betawi), rampak bedug & debus dari Banten.
Setelah proses pembuatan corak menggunakan lilin dilanjutkan dengan proses pewarnaan kain batik dengan dua metode yaitu proses pewarnaan dengan menggunakan kuas untuk corak tertentu yang disebut dengan istilah colet. Â Aplikasi warna colet harus diperhatikan perubahan warna bila digabungkan dengan proses pewarnaan selanjutnya yang dilakukan dengan pencelupan dan penghilangan lilin/malam yang disebut dengan istilah ngelorod. Â Pengrajin harus mengetahui perubahan warna bila ada penggabungan dari dua proses pewarnaan tersebut, harus tahu betul warna primer, sekunder dan tersier. Â Missal seperti yang saya lakukan melakukan colet dengan warna kuning dan saat proses nyelorot menggunakan warna hijau dan hasilnya menjadi biru.
MEMPERKENALKAN BATIK TANGSEL DI INDONESIA DAN LUAR NEGERI
Memang batik etnik Tangsel belum begitu menggema namanya di Indonesia, ternyata keberadaan batik Tangsel sangat menjadi primadona di luar negeri. Â Bu Nelty telah berkali-kali mempromosikan batik Tangsel dengan mengikuti berbagai pameran yang diadakan di luar negeri dan hasilnya sangatlah memuaskan bahkan pernah menjadi pengrajin batik yang terlaris di pameran. Â Bu Nelty sudah pernah mengikuti pameran yang diadakan di jepang hingga 7 kali, ke Tiongkok sudah 9 kali dan juga Australia tepatnya di Canbera dan Melbourne. Â Dan yang lebih menggembirakan kabar terbaru yang datang dari Jerman lebih tepatnya di Bremen.
Nama Batik Tangsel memang masih kalah dengan batik dari Jawa dan perlu dilakukan sosialisasi serta promosi batik Tangsel lebih besar lagi.  Hal ini sebenarnya sudah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah kota Tangsel dengan memberikan bimbingan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tangsel, bahkan batik Tangsel karya galeri Bu Nelty telah beberapa kali menjadi busana seragam acara yang diadakan di Tangerang Selatan seperti  seragam batik pada hari pertanian dan juga HUT kabupaten Tangerang, MTQ Nasional XXII 2008.