Mohon tunggu...
Arum Butler
Arum Butler Mohon Tunggu... Administrasi - Just me.....

The Wallflower and The Wildflower Alumni Danone Blogger Academy Batch 1 Tahun 2017 www.arumsukapto.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Belajar Kearifan Lokal dari Batik Etnik Tangsel

9 April 2017   19:15 Diperbarui: 10 April 2017   03:00 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggrek sebagai motif unggulan Batik Tangsel (Dokpri)

Batik sudah diakui oleh dunia dengan ditetapkannya sebagai warisan budaya oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 dan selalu diperingati oleh masyarakat Indonesia dengan Hari Batik.  Awalnya memang batik identik dengan kebudayaan Jawa, namun nyatanya batik mulai berkembang dan hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki batik dengan beradaptasi kearifan lokal dan salah satunya adalah batik Tangsel. 

Ternyata memang banyak warga Tangsel yang belum terlalu mengenal dengan Batik Tangsel, oleh sebab itu Ketapels sebagai salah satu komunitas kompasiana Tangerang Selatan mengadakan workshop membatik di Galeri Sekar Purnama pada tanggal 25 Maret 2017.  Workshop membatik ini langsung dibimbing oleh Ibu Nelty Fariza selaku founder Galeri Sekar Purnama dengan menggandeng Bank Danamon. 

WORKSHOP MEMBATIK ETNIK TANGSEL

Workshop membatik dimulai tepat pukul 09.00WIB dimana ini sudah menjadi trademark Ketapels memulai sebuah acara secara ontime, dan sebagai narasumber pertama dan selaku tuan rumah workshop membatik pagi itu Ibu Nelty menjelaskan bahan yang diperlukan untuk membatik.  Bahan dasarnya berupa lilin/malam, canting, kompor kecil, wajan kecil dan pewarna.  Kompasianer peserta workshop diberikan satu lembar kain ukuran sapu tangan dengan design setengah jadi yang sudah ada motifnya dan bisa ditambahkan motif lainnya sesuai kreasi masing-masing.  Motif yang sudah ada di kain tersebut merupakan motif yang menjadi ikon dari Kota Tangerang Selatan seperti flora khas Tangsel, anggrek.  Motif anggrek memang menjadi salah motif unggulan batik Tangsel dengan menonjolkan kearifan lokal yaitu budidaya anggrek yang berada di Pamulang.  Motif lain yang menjadi kebanggaan warga Tangsel dengan beradaptasi kearifan lokal yaitu motif kacang sangria dari Keranggan, motif Situ Gintung untuk memperingati peristiwa longsornya Situ Gintung, motif budaya berupa ondel-ondel(Betawi), rampak bedug & debus dari Banten.

Anggrek sebagai motif unggulan Batik Tangsel (Dokpri)
Anggrek sebagai motif unggulan Batik Tangsel (Dokpri)
 Semua peserta workshop sudah mendapatkan kain batik setengah jadi dan bisa memulai menambahkan corak/motif untuk melengkapinya,.  Ternyata saat menggunakan canting dan membuat corak dengan lilin panas didalamnya sangatlah susah dan proses pembuatan batik menggunakan canting memerlukan kesabaran yang luar biasa, belum lagi masih menahan sakit perihnya mata yang terkena asap kompor dan juga panasnya cairan lilin yang mengenai kulit. 

Setelah proses pembuatan corak menggunakan lilin dilanjutkan dengan proses pewarnaan kain batik dengan dua metode yaitu proses pewarnaan dengan menggunakan kuas untuk corak tertentu yang disebut dengan istilah colet.  Aplikasi warna colet harus diperhatikan perubahan warna bila digabungkan dengan proses pewarnaan selanjutnya yang dilakukan dengan pencelupan dan penghilangan lilin/malam yang disebut dengan istilah ngelorod.  Pengrajin harus mengetahui perubahan warna bila ada penggabungan dari dua proses pewarnaan tersebut, harus tahu betul warna primer, sekunder dan tersier.  Missal seperti yang saya lakukan melakukan colet dengan warna kuning dan saat proses nyelorot menggunakan warna hijau dan hasilnya menjadi biru.

Proses pewarnaan Batik Tangsel (Dokpri)
Proses pewarnaan Batik Tangsel (Dokpri)
Proses pembuatan batik yang sangat susah dan perlu keahlian khusus sudah sewajarnya bila harga batik tidak murah, dan dengan adanya workshop membatik bisa menyadarkan masyarakat untuk lebih menghargai karya batik tidak sebatas nominal harga namun juga mempertimbangkan nilai estetika karya seni dari kain batik itu sendiri.  Dan hasil pengrajin batik lokal tidak perlu takut bersaing dengan kain import bermotif batik yang masuk ke pangsa pasar di Indonesia, karena ketiap karya kain batik mempunyai filosofi dan aura pengrajinnya sehingga setiap hasil karya pembatik tidak bisa dilihat sama dengan pengrajin batik yang lain apalagi dengan kain import bermotif batik. 

MEMPERKENALKAN BATIK TANGSEL DI INDONESIA DAN LUAR NEGERI

Memang batik etnik Tangsel belum begitu menggema namanya di Indonesia, ternyata keberadaan batik Tangsel sangat menjadi primadona di luar negeri.  Bu Nelty telah berkali-kali mempromosikan batik Tangsel dengan mengikuti berbagai pameran yang diadakan di luar negeri dan hasilnya sangatlah memuaskan bahkan pernah menjadi pengrajin batik yang terlaris di pameran.  Bu Nelty sudah pernah mengikuti pameran yang diadakan di jepang hingga 7 kali, ke Tiongkok sudah 9 kali dan juga Australia tepatnya di Canbera dan Melbourne.  Dan yang lebih menggembirakan kabar terbaru yang datang dari Jerman lebih tepatnya di Bremen.

Nama Batik Tangsel memang masih kalah dengan batik dari Jawa dan perlu dilakukan sosialisasi serta promosi batik Tangsel lebih besar lagi.  Hal ini sebenarnya sudah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah kota Tangsel dengan memberikan bimbingan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tangsel, bahkan batik Tangsel karya galeri Bu Nelty telah beberapa kali menjadi busana seragam acara yang diadakan di Tangerang Selatan seperti  seragam batik pada hari pertanian dan juga HUT kabupaten Tangerang, MTQ Nasional XXII 2008.

Batik Tangsel memiliki warna khas hijau tosca (Dokpri)
Batik Tangsel memiliki warna khas hijau tosca (Dokpri)
Segala usaha untuk mempromosikan batik Tangsel telah dilakukan oleh Bu Nelty bahkan pernah menggadaikan surat tanah supaya batik tangsel terus berkembang.  Saat mengembangkan usaha batik Tangsel selalu berbenturan dengan masalah modal dan juga bahan dasar batik yang semakin mahal. Bu Nelty telah berusaha mengembangkan usaha batik Tangsel selama 13 tahun dan sudah mengalami jatuh bangun supaya bisa mempertahankan warisan budaya batik Tangsel .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun