Mohon tunggu...
arumatika
arumatika Mohon Tunggu... Mahasiswa - PPG Calon Guru 2024

Saya adalah mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dengan latar belakang di bidang Matematika. Saat ini, saya mendalami strategi pembelajaran inovatif untuk menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkualitas. Melalui Kompasiana, saya berharap dapat berbagi refleksi dan gagasan untuk memajukan dunia pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mewujudkan Pendidikan Inklusif Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas Multikultural

1 Januari 2025   15:30 Diperbarui: 1 Januari 2025   15:25 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ini, dunia pendidikan modern menghadapi kenyataan bahwa keberagaman siswa di dalam kelas semakin tidak terhindarkan, sehingga membutuhkan perhatian khusus dari para pendidik. Kita semua mengetahui bahwa setiap siswa membawa karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari aspek sosial, budaya, ekonomi, hingga variasi kemampuan kognitif. Keberagaman ini diperkuat lagi oleh perbedaan dalam gaya belajar, kecepatan memahami materi, dan minat belajar masing-masing siswa, yang menambah lapisan kompleksitas dalam upaya menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan bermakna bagi setiap individu. Fenomena keberagaman ini menimbulkan tantangan bagi pendidik dalam menyusun metode pengajaran yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan siswa yang beragam. Untuk menjawab tantangan ini, pembelajaran berdiferensiasi hadir sebagai pendekatan yang dinilai mampu mengakomodasi variasi yang ada.

Dalam konteks pendidikan Indonesia, keragaman siswa merupakan cerminan nyata dari realitas bangsa yang multikultural. Kondisi ini menurut saya menciptakan urgensi untuk mengadopsi pendekatan pembelajaran yang lebih adaptif dan inklusif. Pembelajaran berdiferensiasi hadir sebagai solusi yang menjanjikan, dengan menawarkan kerangka kerja yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar yang beragam ini. Menurut Purnawanto  (2023) pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam di antara siswa dalam satu kelas. Konsep ini mengakui bahwa setiap siswa memiliki karakteristik, tingkat kemampuan, minat, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru harus menggunakan berbagai metode pengajaran yang berbeda untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih sesuai dan efektif bagi setiap siswa.

Menurut Safarati & Zuhra (2023) pembelajaran berdiferensiasi memiliki beberapa karakteristik utama yang memungkinkannya menyesuaikan diri dengan kebutuhan unik setiap siswa di kelas. Pertama, pembelajaran ini bersifat proaktif, di mana guru merancang kegiatan belajar dengan mempertimbangkan variasi kebutuhan siswa sejak awal. Alih-alih menunggu masalah muncul di tengah proses pembelajaran, guru sudah memikirkan cara-cara untuk mengakomodasi berbagai kemampuan dan gaya belajar siswa, sehingga kegiatan yang disiapkan lebih responsif terhadap keberagaman yang ada. Selain itu, pendekatan ini lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Artinya, fokus utama terletak pada pemahaman dan kedalaman tugas yang diberikan, bukan sekadar pada jumlah tugas yang harus diselesaikan oleh siswa. Dengan cara ini, siswa lebih didorong untuk benar-benar memahami materi secara mendalam, daripada hanya mengerjakan banyak tugas tanpa memperoleh pemahaman yang kokoh. Hal penting lainnya adalah pendekatan ini sangat bergantung pada asesmen. Guru secara rutin melakukan evaluasi untuk memantau perkembangan siswa dan menilai kebutuhan spesifik mereka. Asesmen ini tidak hanya berfungsi untuk mengetahui kemajuan siswa, tetapi juga membantu guru dalam menyesuaikan materi atau metode pembelajaran yang tepat, agar setiap siswa mendapatkan pengalaman belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

Himmah & Nugraheni (2023) dalam penelitiannya menggarisbawahi bahwa pembelajaran berdiferensiasi bukan sekadar strategi mengajar, melainkan sebuah pola pikir yang mengakui keunikan setiap peserta didik. Pendekatan ini mengidentifikasi tiga komponen utama yang perlu dideferensiasi yakni konten, proses, dan produk pembelajaran. Diferensiasi konten melibatkan penyesuaian materi pembelajaran sesuai dengan tingkat pemahaman siswa, sementara diferensiasi proses berfokus pada variasi metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar yang berbeda. Adapun diferensiasi produk memungkinkan siswa menunjukkan pemahaman mereka melalui berbagai bentuk hasil belajar yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Hasil penelitian lain nya juga dilakukan oleh Amalia (2023) menunjukkan dampak positif dari implementasi pembelajaran berdiferensiasi terhadap prestasi akademik siswa. Dalam studinya ditemukan bahwa kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi menunjukkan peningkatan hasil belajar yang lebih signifikan dibandingkan kelas konvensional. Temuan ini diperkuat oleh studi Kurniasih & Priyanti (2023) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi berperan penting dalam menciptakan suasana belajar yang lebih inklusif, di mana setiap anak memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek individu, seperti gaya belajar yang berbeda-beda, minat pribadi, serta tingkat perkembangan masing-masing anak, guru mampu merancang strategi pengajaran yang lebih sesuai dan personal. Pendekatan ini tak hanya membantu anak merasa lebih nyaman dalam proses belajar, tetapi juga mendorong peningkatan motivasi dan partisipasi aktif siswa di dalam kelas. Melalui metode ini, siswa merasa lebih dihargai dan dilibatkan dalam proses belajar, yang pada akhirnya dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi mereka. itulah mengapa dalam studi yang dilakukan Amelia (2023) terdapat peningkatan hasil belajar yang lebih signifikan dibandingkan kelas konvensional.

Meskipun demikian, implementasi pembelajaran berdiferensiasi juga menghadapi berbagai tantangan di lapangan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Rejeki (2023), sekitar 68% guru mengalami kesulitan dalam mengelola waktu untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Tantangan lain mencakup keterbatasan sumber daya pembelajaran, kurangnya dukungan sistem, dan kompleksitas dalam melakukan penilaian yang sesuai dengan keragaman siswa (Muliani, 2022). Hal ini menunjukkan perlunya dukungan sistematis dari berbagai pemangku kepentingan pendidikan, mulai dari pengembangan profesional guru hingga penyediaan infrastruktur yang memadai. Namun saya melihat berbagai studi dan pengalaman praktis telah menunjukkan bahwa keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi sangat bergantung pada kesiapan dan kompetensi guru. Carol Ann Tomlinson dalam bukunya "Leading and Managing a Differentiated Classroom" (2023) menekankan pentingnya pengembangan profesional berkelanjutan bagi guru dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Guru perlu dibekali tidak hanya dengan pemahaman teoretis, tetapi juga keterampilan praktis dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa, merancang aktivitas pembelajaran yang sesuai, dan melakukan evaluasi yang mempertimbangkan keragaman siswa.

Sebagai akhir, dalam pandangan saya, keberagaman siswa dalam dunia pendidikan modern menuntut para pendidik untuk menerapkan pendekatan yang adaptif dan inklusif, salah satunya adalah pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi menawarkan solusi yang menjanjikan dalam menghadapi perbedaan karakteristik, minat, serta kemampuan kognitif siswa dengan menyesuaikan metode pengajaran agar sesuai dengan kebutuhan individu. Meski begitu, saya juga menyadari bahwa implementasi pendekatan ini memerlukan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, mulai dari peningkatan kompetensi guru hingga penyediaan sumber daya yang memadai. Dengan kesiapan yang matang, pembelajaran berdiferensiasi dapat menciptakan suasana belajar yang lebih inklusif dan bermakna, yang pada akhirnya mendorong motivasi dan prestasi akademik siswa secara optimal.

Daftar Pustaka

Amalia, K., Rasyad, I., & Gunawan, A. (2023). Pembelajaran berdiferensiasi sebagai inovasi pembelajaran. Journal Of Education And Teaching Learning (JETL), 5(2), 185-193.

Himmah, F. I., & Nugraheni, N. (2023). Analisis Gaya belajar siswa untuk pembelajaran berdiferensiasi. Jurnal Riset Pendidikan Dasar (JRPD), 4(1), 31.

Kurniasih, E. S., & Priyanti, N. (2023). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Diferensiasi Terhadap Kemampuan Literasi Baca, Tulis Dan Numerasi Pada Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Potensia, 8(2), 398-498.

Muliani, R. (2022). Mengatasi Hambatan Pembelajaran Berdiferensiasi: Tips dan Trik untuk Guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun