Yang pertama, tantangan kesiapan sekolah dan guru sebagai fasilitator merdeka belajar, berarti sekolah itu sendiri dan seorang guru dituntut untuk mampu bersikap aktif, inovatif, dan semangat menjadi fasilitator merdeka belajar. Guru juga harus dapat menciptakan situasi yang nyaman dengan membangun keakraban bersama peserta didik. Eksistensi guru dalam penerapan kurikulum merdeka merupakan penggerak keberhasilan berbagai program merdeka belajar seperti pelaksanaan project penguatan profil pelajar Pancasila serta pemberdayaan teknologi sebagai alat pendukung pembelajaran.
Kedua, tantangan kemampuan guru dalam kecakapan teknologi berbasis digital. Guru masa kini dituntut untuk dapat menguasai teknologi, terlebih di zaman modern ini hampir semua mulai memanfaatkan teknologi berbasis digital. Kurikulum merdeka salah satu kurikulum yang menuntut pelaku Pendidikan memiliki kecakapan digital atau teknologi yang berkembang saat ini. Hal ini dilakukan agar guru tidak kalah dalam hal informasi oleh para peserta didik. Setiap guru diharuskan untuk menguasai teknologi digital, karena jika guru dapat menggunakan pembelajaran berbasis digital, maka peserta didik juga dapat dilatih untuk memanfaatkan teknologi. Dalam hal ini, seorang guru juga harus dapat menyaring informasi yang tersebar di media digital, karena mudahnya akses dan penggunaan teknologi yang semakin mudah untuk digunakan.
Ketiga, tantangan bagi pendidik yang masih menggunakan kultur lama atau sulit keluar dari zona nyaman sistem pembelajaran. Guru sulit untuk keluar dari zona nyaman sistem pembelajaran karena selama ini pembelajaran biasanya dilakukan dengan memberikan materi, pemaparan atau penjelasan kepada murid. Hal ini membuat peserta didik menjadi pasif di dalam kelas karena hanya mendengar dan mencatat. Dengan program merdeka belajar, sistem pembelajaran dinilai lebih aktif karena peserta didik diajak untuk berdiskusi, diajak untuk lebih aktif dikelas dengan tidak hanya mendengar dan mencatatnya saja.
Keempat, tidak memiliki pengalaman program mengajar merdeka belajar. Hal ini menjadi tantangan tersendri bagi seorang pendidik karena tidak memiliki pengalaman mengajar dengan program merdeka belajar. Minimnya pengalaman dari diri seorang guru tersebut dapat mempengaruhi cara mengajar mereka dikelas dengan peserta didik.
Kelima, kesiapan peserta didik. Tak hanya pendidik, ketidaksiapan anak dalam Kurikulum Merdeka juga bisa menjadi tantangan. Keleluasaan dalam memilih apa yang akan dipelajari, harus tetap mendapatkan bimbingan dan dukungan yang positif, baik dari pendidik maupun orang tua. Dengan memandu dan mendorong agar potensi dan kreativitas peserta didik dapat tergali, terasah, dan berkembang optimal.
Berbagai tantangan-tantangan tersebut satuan pendidikan harus dapat merencanakan berbagai strategi dalam mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasi Kurikulum Merdeka. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan Kurikulum Merdeka tergantung dari pihak sekolah itu sendiri dan kesiapan seorang guru untuk berani berinovasi, berkreasi, bereksplorasi sesuai dengan kebutuhan sekolah dan peserta didik.
Arum Mayangsari, Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd
PGSD UNNES
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H