Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Garut merupakan yang tertinggi ke-8 di Jawa Barat. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting memiliki berbagai dampak negatif terhadap balita dalam jangka panjang.Â
Hal inilah yang melatarbelakangi mahasiswa IPB University yang tergabung dalam tim KKN-T Inovasi IPB 2023 melaksanakan program Parenting, yaitu Pasirwaru Cegah Stunting, sebagai upaya menurunkan angka stunting di Desa Pasirwaru, Kecamatan Balubur Limbangan, Kabupaten Garut. Program ini memiliki rangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan edukasi gizi terkait stunting dan pemberian makanan tambahan untuk balita dan ibu hamil.Â
Pemberian makanan tambahan telah dilaksanakan terlebih dahulu pada hari Rabu, (12/7) di Posyandu Mawar Desa Pasirwaru. Makanan tambahan yang diberikan adalah berupa bubur kacang hijau dan ketan hitam yang diberikan pada 43 balita dan 7 ibu hamil. Pemberian makanan ini diharapkan dapat memenuhi asupan gizi seimbang pada balita dan ibu hamil serta membantu mencegah terjadinya stunting akibat kurangnya asupan gizi.Â
Kabupaten Garut sendiri memiliki angka prevalensi stunting sebesar 23,6 persen, yang lebih tinggi dari angka prevalensi stunting di Jawa Barat yaitu sebesar 20,2 persen dan prevalensi stunting di Indonesia yaitu sebesar 21,6 persen. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan dan penanganan stunting sedini mungkin, sehingga balita di Desa Pasirwaru dapat terhindar dari kondisi stunting.
"Angka stunting dikategorikan sebagai masalah gizi jika prevalensinya melebihi 20 persen, sehingga melihat angka stunting di Kabupaten Garut saat ini, masih diperlukan adanya upaya lebih lanjut untuk mengurangi jumlah angka stunting kedepannya," ujar Sucita Maharani, selaku ketua pelaksana program Parenting KKN-T IPB 2023 di Desa Pasirwaru.Â
Kegiatan edukasi gizi pada hari Sabtu, (15/07) membahas lebih dalam mengenai penyebab stunting, dampak stunting, upaya pencegahan stunting, dan saran praktik pemberian makan di 1.000 HPK, serta kebutuhan gizi ibu hamil dan bayi pada berbagai rentang usia. Selain itu, terdapat pula demonstrasi pengelompokan bahan makanan yang telah disediakan ke dalam berbagai kategori sesuai dengan fungsinya oleh peserta, yaitu masyarakat umum dan kader Posyandu Desa Pasirwaru.Â
Kegiatan tersebut dapat memberikan pemahaman terkait dengan makanan bergizi seimbang untuk ibu hamil maupun balita. Terdapat pula permainan "mitos atau fakta" yang meningkatkan partisipasi masyarakat serta mengulas kembali materi yang telah disampaikan dan meluruskan stereotype terkait stunting yang beredar dan dipercayai oleh masyakat setempat.Â
Kegiatan edukasi gizi telah berjalan lancar dan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari masyarakat setempat, Kader Posyandu, Ketua RW, dan Kepala Desa Pasirwaru. Â Sucita Maharani, selaku ketua pelaksana program berharap kegiatan pemberian makanan tambahan dan edukasi gizi mengenai stunting dapat dilakukan secara kontinu, sehingga dapat menekan angka stunting di desa Pasirwaru.Â
"Selain adanya pemberian makanan tambahan dan edukasi gizi yang telah dilaksanakan secara rutin oleh setiap posyandu, harapannya pemerintah setempat dapat lebih memperhatikan kejadian stunting pada balita di Desa Pasirwaru, sebab stunting dapat mempengaruhi kualitas balita tersebut di masa depan," ujarnya.
Reporter: Arum Dwiraswati, Sucita Maharani