Cara belajar anak berbakat adalah melalui proses penglihatan (visual learner), proses berpikirnya berupa gambar dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk menerjemahkan gambar menjadi kata kata (Silverman 2002). Dapat disertai dengan adanya kelemahan dalam proses berurutan (sequential), pemanggilan kata, dan kesulitan dalam pekerjaan yang memerlukan keberuntunan misalnya membaca, mengeja, berhitung, menulis, mengorganisir (Silverman 2002).
Anak cerdas istimewa mempunyai naluri, dorongan dari dalam dirinya untuk mencari ilmu pengetahuan. Proses berpikirnya multimodalitas, menyeluruh; Terdapat hipersensiifitas dan peningkatan memori. Anak cerdas istimewa tidak selalu menunjukan prestasi yang optimal. Cara belajarnya visuospasial. Harus dikenali adanya penyebab pencapaian yang tidak optimal. Penanganan harus dimulai sedini mungkin, melibatkan medis untuk diagnostic, terapis dan guru. Cara belajar harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing anak.
Pembelajaran secara fisik dapat mengubah otak. Ketika otak menerima stimulus dalam bentuk apa pun, proses komunikasi dari sel ke sel diaktifkan. Pebelajar umumnya datang bukan dengan "lembaran kosong", tetapi dengan bank pengalaman otak yang sangat disesuaikan. Pembelajaran tidak harus selalu serius dan menegangkan.
Pebelajar adalah peserta didik yang mengikuti proses belajar. Setiap peserta didik sebagai individu mempunyai sifat yang unik. Keyakinan diri seseorang akan mempengaruhi pembelajaran dengan sangat kuat. Sikap positif membangun kekuatan diri individu dan sangat membantu pembelajaran. Salah satu cara menyiapkan pebelajar adalah dengan mengelola motivasi belajar.
Kita memiliki lebih dari tiga puluh pusat interkoneksi otak. Ukuran dan berat otak juga bervariasi di antara semua manusia. Genetika dan juga pengalaman hidup kita memahat otak kita menjadi organ-organ yang unik. Otak kita mengubah dirinya dalam beberapa cara. Yang pertama, dorongan dari dalam. Yang kedua, proses "pengharapan pengalaman". Yang ketiga, otak merespons pada proses "ketergantungan pengalaman" yang dipicu oleh stimuli lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H