Mohon tunggu...
Khairul Raziq
Khairul Raziq Mohon Tunggu... Lainnya - What you think, you become!

Mahasiswa Ilmu Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merangkul Masa Lalu demi Bahagia Masa Kini

29 Desember 2020   10:00 Diperbarui: 29 Desember 2020   10:22 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

November 2019, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat fakultas sedang mencari delegasi dari setiap lembaga/organisasi. Dengan kesepakatan yang berlandaskan mufakat dan asas kekeluargaan, terpilihlah diri ini sebagai delegasi dari organisasi; Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Delegasi tersebut akan diberangkatkan ke Malaysia guna mengadakan hubungan internasional antar kampus. Nantinya output yang akan dicapai ialah mengadakan kegiatan internasional antar kampus di tahun berikutnya. Ini adalah sebuah langkah baik untuk healing dan mencoba menanggapi serta menyantuni masa lalu yang menurut saya cukup kurang berkenan; gagal jadi 'anak negeri'. 

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Dari kegiatan di atas tentu saya dapat mengambil banyak hal: relasi skala internasional, hubungan baik dengan dosen, membangun trust sesama delegasi, membangun karakter diri, ningkatin bahasa Inggris, learning how to deal with each other dan juga masih banyak hal yang tidak dapat saya jabarkan satu per satu. Perlahan kepercayaan diri saya kian meningkat dan mulai berani untuk tidak insecure lagi dengan teman saya yang notabenenya sebagai 'anak negeri' dan 'anak kedinasan'. Selepas kegiatan itu saya semakin fokus untuk membenahi diri dari berbagai sisi. Walaupun dengan sadar diri hingga sekarang belum terlampau baik. 

Awal tahun 2020 menjadi tahun yang  penuh kejutan. Beragam resolusi seolah sirnah karena pandemi. Maret 2020, kuputuskan untuk balik ke kampung halaman selepas berunding dengan keluarga.  Menyandang status mahasiswa dengan memegang teguh prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi saya tentu mencoba untuk memanfaatkan momen. Secara personal saya mulai membangun networking yang ada melalui teman-teman untuk membuat kegiatan.  Hal tersebut guna mewujudkan tri dharma tadi. Terbesitlah ide untuk mencoba hal baru di tengah pandemi. Mengandalkan ide yang diharapkan jadi nyata, kami berhasil membuat sebuah gerakan Pemuda Peduli Umat (PPU)  yang berorientasi pada pemenuhan bantuan sosial bagi masyarakat menenegah ke bawah. 

Foto: Pribadi
Foto: Pribadi
Dalam waktu yang singkat kami berhasil mengumpulkan dana seperti gambar dan coba berbagi, memberi, dan menyantuni masyarakat menengah ke bawah.

Penyesuaian akibat pandemi tentu dilakukan di berbagai lini.Berbagai kegiatan mengalami kemunduran dari waktu yang semestinya. Kemunduruan tersebut juga dialami oleh organisasi saya dalam mengerjakan proker; salah satunya diskusi umum. Proker tersebut menjadi amanah yang dibebankan kepada saya. Sempat kebingungan dan bagaimana mengonsep diskusi, akhirnya saya menemukan titik terang. Diskusi Virtual. Kuputuskan untuk mengundang salah satu Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri, untuk menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut. Sempat terbesit hal tersebut tidak akan terjadi. Namun kenyataannya tidak. Saya berhasil berbagi perspektif dengan beliau dan masyarakat umum walaupun dalam kondisi virtual. Tentu sangat senang dan bahagia dapat berbagi panggung dengan Ekonom INDEF. 

Foto: Pribadi
Foto: Pribadi

Berlanjut ke pertengahan tahun 2020, di tengah ketidakpastian yang semakin menjadi, momen ini saya jadikan ajang muhasabah diri. Terlebih untuk merenungi apa yang belum dan telah saya lakukan dalam hidup saya. Kegiatan saya selama pandemi, dapat terbilang cukup banyak selain yang sudah saya jabarkan di atas; menulis, freelance writer, volunteering dan lainnya. Hal di atas tentu hanya separuh dari kisah saya untuk mencoba untuk berdamai dan merangkul masa lalu. Hasilnya dapat kompasioner nilai sendiri. Satu pelajaran penting, cobalah menapaki anak tangga baru, langkahkanlah karena itu akan membuat mu makin tinggi satu anak tangga daripada dirimu sebelumnya. Bahwa pribadi yang kemarin ialah merupakan pribadi yang belum dewasa. Oleh karenanya, kita patut mencoba untuk melangkah; terlepas apapun hasilnya.

Hal kedua yang saya coba petik lagi adalah menjadi diri sendiri dan temukan kebahagiaanmu. Jika saya terus terjebak dengan masa lalu dan persepsi klasik, maka tentu saya tidak akan sampai di anak tangga sekarang. Proses melupakan cita-cita yang lalu tentu tergolong rumit dan berat. Namun, mau tidak mau saya harus melupakannya dan mencari di mana kebahagiaan itu berada. 

Ketiga, tentu di tengah pandemi ini kita dituntut untuk hidup dengan sesuatu yang baru. Mencoba hal yang baru dan lebih inovatif juga menjadi salah satu metode healing dari masa lalu. Menurut perspektif awam, hal baru cenderung dapat menekan sebuah proses yang baru dengan mengandalkan jiwa serta pikiran baru. 

Keempat adalah bersyukur. Bahwa masih banyak anak-anak di luar sana yang ingin mengenyam pendidikan tetapi terkendala dari segi apapun. Kelebihan yang kita miliki tentu dapat saja menjadi kekurangan bagi mereka. Di satu sisi, kelebihan yang mereka punyai dapat menjadi kekurangan bagi kita. 

Kini, saya merasa lebih bahagia setelah menjalani serangakaian proses dan hal baru yang ada. Pribadi yang sekarang jauh lebih percaya diri dan bersyukur timbang sebelumnya. Saya juga merasa lebih bijaksana dalam menghadapi sesuatu. Tentu saya tidak akan berhenti sampai anak tangga sekarang. Masih akan banyak anak tangga selanjutnya yang patut dilewati. Karena hanya dengan menaiki anak tangga tersebutlah, kita perlahan dapat menemukan diri yang baru. Maka, naiklah ke anak tangga selanjutnya dan raih kebahagiaan yang ada di setiap anak tangga tersebut!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun