Ketika Kapitalis Lokal dan Kapitalis Asing berseteru, berebut kekuasaan di negeri yang terus menangis....
Berseterunya aja bikin susah, apalagi kalo mereka damai....
Seperti yang kita ketahui, Gayus sebenarnya adalah kunci dari penyelewengan pajak yang bernilai triliunan. Oleh karena itu, Mahfud MD meyakini bahwa peristiwa itu pasti melibatkan banyak pihak. "Jaringannya lebih luas dari itu. Ini jaringannya bukan hanya Gayus dan Karutan, Kompol Iwan," (http://korupsi.vivanews.com/news/read/188573-mahfud--kasus-gayus-jangan-seperti-film-india)
Di lain sisi, Gayus juga merupakan kunci dari perseteruan kapitalis lokal dan kalpitalis asing di negeri ini. Saya secara pribadi, meyakini bahwa Gayus ke Bali adalah untuk bertemu dengan Ical, karena pada persidangan beberapa bulan lalu, Gayus menyebut Bakrie Group adalah salah satu pemberi uang suap kepadanya guna kelancaran penggelapan pajak.
Namun di sisi lain, orang Golkar marah-marah karena tuduhan itu bagi mereka adalah fitnah belaka. Menurut mereka, Gayus tidak akan bisa keluar-masuk rutan begitu mudah tanpa ada petinggi negara yang memberikan wewenang kepada Gayus. Idrus Amrham langsung menuding Satgas yang bertanggung jawab atas keluarnya Gayus dari Penjara, karena adanya kesepakatan saat membawa Gayus pulang dari Singapura dulu.
Lebih jauh lagi, kubu Golkar menduga, insiden ini bertujuan untuk menjatuhkan kredibilitas ketua umum partai tersebut. Namun di sisi lain, siapakah pemberi Gayus "uang" sedemikian banyak, padahal semua rekeningnya diblokir? Lalu, dalam kasus yang luar biasa ini, hanya 9 orang yang menjadi tersangka (termasuk kepala Rutan) dijadikan kambing hitam demi menyembunyikan kebusukan para petinggi negeri yang terus menangis ini.
Hingga saat ini, saya secara pribadi menduga, bahwa memang benar, pihak Istana (dalam hal ini SBY=kubu kapitalis asing) terlibat dalam hal keluar masuknya gayus. bukankah banyak koruptor yang berlindung dibawah payung partai biru itu? (http://www.tribunnews.com/2010/10/24/demokrat-disinyalir-tempat-berlindung-para-kepala-daerah-koruptor)
Namun di sisi lain juga, Ical (kubu kapitalis lokal) berusaha menutupi kebusukannya agar bisa maju ke kursi kekuasaan, meski banyak sekali kasus-kasus yang tidak selesai...., Lapindo salah satunya.
Bila penegak hukum tidak mampu lagi membuka semua ini, karena sesama politisi busuk saling sembunyikan dan saling tikam dari belakang, lalu kepada siapa rakyat akan mengadu? Orang-orang lemah pasti akan mengatakan, mengadu kepada Tuhan. Sementara orang-orang yang lebih lemah lagi, pasti marah-marah dan ngedumel.
Entahlah, mana yang benar. Saya cuma ingin dipimpin oleh presiden yanglebih mementingkan kepentingan rakyat. Bukan pemimpin yang menunduk kepada kapitalis asing, bukan pula pemimpin yang menjadi konglomerat di negerinya sendiri, sementara rakyatnya melarat.
SAATNYA PEMUDA BERFIKIR KRITIS DAN BERGERAK!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H