Di Indonesia ada istilah ngabuburit atau jalan-jalan menunggu waktu berbuka. Tapi di Arab Saudi ada tradisi yang berbeda. Warga Saudi punya kebiasaan berjaga atau melek sampai waktu sahur. Tentu saja mereka tak hanya berdiam di rumah, tapi melakukan berbagai aktivitas sampai dini hari. Kegiatannya macam-macam, bisa sekadar jalan-jalan ke mal atau melihat festival Ramadhan yang banyak digelar. Untuk mengakomodasi tradisi ini, tak heran kalau selama Ramadhan pusat perbelanjaan buka sampai pukul 3 pagi!
Kondisi iklim di suatu tempat agaknya mempengaruhi tradisi atau kebiasaan penduduknya. Nah, begitu pula dengan Arab Saudi, sebuah negeri yang kita kenal beriklim gurun. Karena suhu udara yang ekstrem saat musim panas, masyarakatnya jadi lebih memilih beraktivitas di malam hari. Terlebih saat bulan Ramadhan, geliat kehidupan bahkan berlangsung sampai subuh menjelang.
Beberapa tahun kemudian, saya pindah ke Arab Saudi dan juga mengalami pengalaman unik yang agak mirip. Ketika bulan Ramadhan, saya membeli perlengkapan furnitur dari sebuah toko dan bermaksud menggunakan layanan antar gratis yang mereka sediakan. Betapa kagetnya saya setelah diberi tahu bahwa barang akan diantar pukul 2 pagi! Apa tidak bisa diantar siang hari, protes saya. Tapi mereka bilang itu tidak mungkin karena selama Ramadhan, kurir baru mulai bekerja setelah pukul 9 malam atau sehabis tarawih!
Saya juga pernah memanggil tukang ledeng dan tukang listrik saat Ramadhan. Semuanya kompak menolak datang siang hari dan baru nongol menjelang tengah malam. Belanja lewat toko daring juga setali tiga uang. Bahkan perusahaan kurir besar seperti Aramex hanya mau mengantar dokumen penting saja di siang hari. Pesanan remeh-temeh dari toko daring hanya diantar setelah tarawih.
Belakangan, ada mal yang memperkenalkan waktu operasional yang tak lazim. Bayangkan, mereka buka pukul 5.30 setelah salat Subuh, lalu tutup sekitar pukul 10 pagi. Sangat ganjil menurut ukuran kita orang indonesia, tapi di Arab Saudi banyak yang menyambutnya dengan antusias. Biasanya ibu-ibu yang suka belanja pagi hari seperti ini. Maklum, saat malam hari selama Ramadhan, mal biasanya luar biasa padat dengan pengunjung.
Lalu bagaimana dengan saya sendiri, apakah ikut-ikutan jadi "kalong" selama Ramadhan di Saudi? Jam kerja saya selama Ramadhan ternyata tak memungkinkan untuk jadi "kalong". Saya tetap harus masuk kerja pagi hari dan pulang sore, sama seperti di Indonesia. Setelah kembali ke Indonesia, kadang saya suka menyesal dengan kondisi tersebut. Saya merasa banyak kehilangan momen menarik selama Ramadhan di Saudi yang biasanya baru dimulai tengah malam.
Terus apa sih yang dilakukan orang-orang di Saudi, kok hobinya melek sampai subuh saat Ramadhan? Karena mal buka sampai dini hari, ya tentu saja mereka jalan-jalan ke mal. Selama Ramadhan juga rutin digelar festival-festival budaya. Misalnya Ramadhan Festival yang tiap tahun selalu digelar di kawasan kota tua Balad, Jeddah. Selain ada banyak stan makanan, kita juga bisa melihat pameran, pertunjukan stand-up comedy, bahkan ada pertandingan futsal yang dilangsungkan tengah malam.
Mungkin Anda bakal bilang bahwa gaya hidup seperti "kalong" itu sangat tidak sehat. Tapi kita perlu juga melihat kondisi iklim setempat yang sangat tidak bersahabat di siang hari. Saat musim panas di Saudi, tak mungkin bisa bikin acara bazar atau festival Ramadhan pada siang hari, karena bisa-bisa pengunjungnya kena dehidrasi semua.