Mohon tunggu...
Asruldin Azis
Asruldin Azis Mohon Tunggu... -

aRuL\r\nseorang blogger yang ngeblog di www.asruldinazis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kereta Paling Indonesia

16 Mei 2011   18:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:34 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang Indonesia tak lepas tentunya dengan kondisi bangsa ini dalam berbagai tingkat dan luasan masyarakatnya. Kekhasan, kemarjinalan, diferensiasi, dan keanekaragaman budaya dan sikap selalu menjadi wajah menarik bangsa ini. Wajah yang selalu tersenyum, mengerut dengan berbagai bentuk menghiasi garis raut wajah.

Bagi sebagian masyarakat terutama yang berada di perkotaan dengan tingkat kehidupan yang makmur, senantiasa bergaul dan berkumpul di tempat keramaian elit, mall, pusat hiburan dan sejenisnya pasti kurang merasakan bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia pinggiran jauh dari namanya kemewahan hidup. Yang ada bisa jadi hanya sebuah aktivitas bagaimana hidup dan menghidupi tanpa embel-embel kesenangan.

Menapaki pagi dengan menatap mentari yang baru bangun dari peraduan melalui sebuah jendela, menyongsong perjalanan, mengikuti deru mesin-mesin kereta yang senantiasa memberikan bunyi-bunyi nyaring teratur selama perjalanan  ini. Perjalanan menggunakan kereta ekonomi Rapih Dhoho.

Seorang ibu yang sedang mengipas-ngipasi anaknya yang kepanasan dalam kereta ini. Begitulah kereta ekonomi yang hanya memanfaatkan angin alami dari luar jendela kereta. Akan semakin panas dengan tak ada udara bergerak dari luar saat kereta ini berhenti menunggu kereta-kereta yang didahulukan karena keistimewaannya.

Terlihat seorang bapak dengan segendong barang dalam karung entah itu apa, barang kali dagangan untuk diperjualbelikan kembali di desanya.

Beberapa kumpulan mahasiswa yang pulang kampung, saling berbagi tempat duduk dengan teman-temannya, maklum kereta sudah penuh sesak. Walau demikian mereka menikmati dengan berbagi canda selama perjalanan. Buat mereka perjalanan tak terasa jauh saat bersama teman dan selalu bercerita.

Sepasang bapak-ibu yang sudah tua renta berpakaian batik dan kebaya seumurannya duduk berdamping walaupun berhimpitan. Menikmati perjalanan jauh demi menghadiri pernikahan sanak saudara nun jauh di Madiun, yah bercampur baur dengan penumpang kereta lain, yang berarti bercampur aroma juga dengan mereka.

Sering kali ada pengamen yang memberikan suara khas, khas pengamen yang tak sebagus penyanyi tapi tak sejelek suara fales saya. Hanya bermodal gitar yang sudah usang pun bisa bernyanyi.

Lorong kereta pun jadi tempat untuk berduduk ria sekedar untuk mengistirahatkan badan, atau duduk di lorong pintu masuk kereta di depan toilet yang tak pernah kali dibersihkan yang bau pesingnya menyengat tak apa, dengan mengisap sepuntung rokok yang penting bisa menuju tempat yang diinginkan dengan biaya murah.

Sampah berserakan di sana sini sudah menjadi pemandangan lumrah. Suara teriakan penjual yang sedang mempersuasikan barang dagangannya ke orang-orang di kereta ini, saling bersahut-sahutan tiada henti hingga tujuan akhir tiba. Sama-sama membutuhkan, satunya butuh makanan dan minuman di kereta yang panas ini, satunya lagi barang jualannya terjual laris untuk menghidupkan hidupnya.

Kereta itu kereta Api Ekonomi Rapih Dhoho, Tujuannya Surabaya-Madiun. Kereta yang selalu setia menemani masyarakat marjinal bawah untuk menuju tempat selanjutnya dengan biaya semampu mereka. Tak ada tentunya yang menarik di sini kecuali kita mampu merenung dan mendapatkan pelajaran bahwa  di sinilah wajah-wajah Indonesia, paling mampu memberikan gambaran masyarakat Indonesia.

Kehidupan ekonomi bangsa ini bukan hanya sekedar nilai-nilai rupiah di bursa saham yang bersaing dengan dollar, bath, yen maupun euro. Atau persaingan harga saham-saham perusahaan kelas bonafid. Namun kehidupan ekonomi bangsa ini 80 % adalah ekonomi rill yang terlihat dalam diorama kereta Rapih Dhoho.

Jualan di atas kereta, mengunakan transportasi kereta ekonomi untuk membawa jualan, mahasiswa yang mudik, bapak-ibu tua yang menghadiri undangan sanak keluarganya, dan berbagai macam sumber kehidupan yang terlihat dari secuil fragmen di kereta.

Kereta Rapih Dhoho paling Indonesia.

*Courtesy photo of http://asruldinazis.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun