Mohon tunggu...
Alfiatul Septi N.
Alfiatul Septi N. Mohon Tunggu... -

berusaha untuk berubah menjadi yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Perkembangan Psikososial Anak Usia Pertengahan Akhir

23 Mei 2015   10:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:41 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa ini, kemampuan emosional anak sudah berkembang dengan baik. Anak sudah bisa mengatur dan mengontrol emosinya. Anak lebih peka terhadap keadaan di sekitarnya dan perasaan orang lain. Di pertengahan masa anak-anak, anak belajar tentang apa yang membuat mereka marah, takut atau sedih dan bagaimana reaksi mereka menampakkan ekspresi tersebut. Anak di usia sekolah lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah untuk belajar atau bermain dengan teman sebayanya. Mereka lebih sedikit menghabiskan waktu bersama kelaurga di rumah, padahal kegiatan seperti ini sangat penting karena agar orang tua mengetahui bagaimana perkembangan anak, apa yang mereka butuhkan. Begitu pula sebaliknya, anak dapat menceritakan hal-hal yang mereka sukai dan tidak disukai atau berdiskusi tentang tema tertentu dengan orang tua.

Suasana di dalam keluarga juga sangat mendukung psikososial anak. Jika suasana keluarga harmonis dan baik perkembangan psikososial anak juga baik. Tetapi jika suasana keluarga penuh dengan konflik akan berdampak negatif pada psikososial anak. Anak akan menjadi lebih sering keluar rumah, berpikiran negatif, sensitif dan lain sebagainya.

Ada beberapa struktur keluarga yang dapat mempengaruhi psikososial anak, yaitu (1) orang tua bercerai, ketika orang tua bercerai anak menjadi korban utamanya. Jika orang tua bercerai ketika anak masih kecil, anak tidak sepenuhnya memahami apa yang sebenarnya terjadi. Namun jika anak sudah berusia pertengahan, mereka bisa memahami apa itu perceraian yang akan membuat anak menjadi stres, iri dengan teman sebayanya dan sedih karena orang tuanya berpisah, (2) keluarga adoptif, ketika anak diadopsi, sebaiknya orang tua adopsi tidak memutus hubungan antara anak dengan orang tua kandung demi kebaikan anak. Tapi tidak jarang banyak orang tua adopsi yang tidak memberitahu anak dengan orang tua kandungnya dan menutupi bahwa ia adalah anak adopsi. Jika hal ini terjadi akan berdampak negatif pada psikis anak, (3) keluarga gay atau lesbian, keluarga yang seperti ini dalam mengasuh anak akan menyebabkan berbagai masalah bagi anak. Anak tidak bisa mendapatkan kasih sayang ayah atau ibu jika diasuh oleh orang tua berjenis kelamin sama. Anak juga akan dikucilkan oleh teman sebayanya dan lingkungan sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun