Mohon tunggu...
Aruda L
Aruda L Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Orang biasa yang suka menghayal dan berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Masih Nonton TV?

6 November 2014   14:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:29 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah nonton TV dong?

Acara apa yang sering kalian tonton?

Berita? Gosip? Sinetron? Atau acara hiburan rakyat?

Kalau aku, udah gak nonton tv lagi sejak tahun lalu.

Bukan karena gak punya tv, tapi gak ada tontonan yang rame aja. Sekarang ini acara yang mewabah di masyarakat itu GGS kan yah?

Sumpah, aku gak tau sama sekali itu ceritanya ngapain, isinya apaan, pemerannya siapa juga nggak tau sama sekali. Bagiku, tak ada lagi acara tv yang benar-benar menghibur hati. Ngeliat acara sekilas aja udah, balik lagi ke kamar, buka notebook, play MPC, nonton anime.

Dibandingkan tayangan dulu, acara dulu lebih terhormat ketimbang acara zaman sekarang. Apa terhormatnya acara zaman dulu? Ini paparannya.

1.Adanya rating umur pada pojok televisi

Rating umur, hal kecil yang terlihat tidak penting tapi justru sangat bemanfaat dalam dunia pertelevisian. Dahulu, setiap acara apapun di televisi manapun selalu membubuhkan rating umur di pojok kanan atas televisi. Ada A, ada BO, ada R, SU dan ada juga D. Rating A untuk anak-anak, BO untuk anak-anak dengan dibimbing oleh orang tuanya, R untuk remaja, SU untuk semua umur dan terakhir D untuk dewasa. Dengan adanya rating umur pada acara, penonton bisa lebih selektif dalam memilih tontonannya. Jika tidak demikian, ya terjadilah seperti saat ini. Sinetron yang harusnya untuk umur dewasa, tapi justru menjadi tontonan semua umur. Alhasil, muncullah alayers di tingkat SD yang sok gahol dan sok kesinetronan akibat menonton sinetron.

2.Acara tayang sesuai waktu

Selain dibagi sesuai rating umurnya, pertelevisian di masa lalu juga menempatkan tontonan-tontonan pada waktu yang tepat. Semisal, acara untuk SU ditayangkan di sore hari agar semua bisa menonton. Tayangan A biasanya di pagi hari dan menjelang sore. Tayangan D ditayangkan tengah malam ke atas karena target penontonnya adalah orang-orang yang bisa bangun sampai dini hari. Nah sekarang? Boro-boro tayang di jam yang tepat, rating acara pun nggak ditulis lagi.

3.Plagiasi hanya judul dan konsep cerita

Tontonan zaman dulu, terutama film-nya biasanya dibuat seoriginal mungkin. Kalaupun mereka meniru, mereka hanya meniru judulnya atau tema cerita. Sebagai contoh, film “Chips” yang dilakoni oleh trio warkop. Dulu, memang ada film berjudul “Chips” dari luar negri, bercerita tentang kepolisian juga. Di tangan Indonesia, film itu pun diubah ceritanya menjadi cerita original bertemakan kepolisian juga, dengan judul yang sama. Lah sekarang, malah kebalik. Judulnya wooow, orisinil banget, ceritanya, huuuuw persis banget.

4.Cerita bermanfaat dan tidak menjamur

Acara televisi di zaman dulu tuh selalu ada makna dan manfaatnya, dan semuanya dapat tersampaikan dengan baik. Selain itu, acara dulu itu tidak menjamur, maksudnya eksistensinya secukupnya saja. Kalau ceritanya memang udah segitu, ya segitu aja, gak ditambah-tambahin jadi ber-season-season atau sampai ribuan episode. Hal tersebut lah yang membuat suatu mahakarya tetap menjadi mahakarya. Seperti misalnya “Catatan Harian si Doel”, walaupun cerita ini cukup lama eksistensinya, tapi makna dan juga ceritanya tetap diakui sebagai mahakarya hingga kini. Sekarang? Produser sinetron hanya fokus memperpanjang cerita, selama cerita bisa lebih lama apapun dilakukan. No sense of art, begitulah istilahnya. Contoh nih sinetron “Tukang Bubur Naik Haji the Series” tukang buburnya sudah gak ada, cerita naik hajinya sudah nggak, masiiiih aja lanjut sinetronnya, trus pemeran utamanya justru tokoh antagonisnya, nggak salah apa? Ujung-ujungnya yang diceritain cuman masalah keluarga dan kelicikan kepicikan masyarakat sekitar. For what?

5.Infotainment masih menjaga privasi artis

Infotainment tuh dulu jarang, di antara banyak televisi paling cuman tiga yang punya infotainment, tayangnya pun cuman satu kali sehari aja. Yang dibahas pun benar-benar tentang rumor atau skandal yang diderita seorang selebriti. Kini, infotainment hampir semua televisi punya, trus tayangnya tiga kali sehari pula, kaya porsi makan. Iya kalau cuman ngebahas kabar seorang selebriti aja, lah ini dia makan apa, dia pakai baju apa, dan dia ngapain seharian aja diliput. Who cares? Apa pentingnya mengetahui itu semua? Mau meniru gaya hidup mereka? For what? Its pointless.

6.Acara lawak benar-benar melawak

Nah, terakhir nih acara televisi zaman dulu yang lebih terhormat dari sekarang, yaitu acara lawaknya. Dulu kalau ngelawak murni berbalas-balasan guyonan dan saling bertingkah konyol. Setiap menonton acara lawaknya, penonton pasti ketawa semua tanpa ada rasa risih atau bagaimana. Sekarang, acara lawak nggak terhormat lagi. Mengapa tidak? Bukannya berbalas-balasan guyonan, mereka malah saling balas ejekan. Boodohnya, ketika seseorang diejek mau aja penontonnya ketawa. Ingat kasus Olga Syahputra yang waktu itu dituntut karena ejekannya yang kasar? Itu telah membuktikan bahwa lawakan zaman sekarang itu tidak terhormat. Bukan hanya itu, acara lawak sekarang bukan membuat dirinya terlihat konyol agar lucu, tapi membuat orang lain tampak konyol agar lucu. Tidak jarang untuk membuat orang lain konyol, mereka sampai menyiksa orang lain, seperti misalnya mengoleskan coklat ke wajah mereka, menjatuhkan mereka, menjahili mereka dan lainnya. Daripada kaya gitu, sekalian aja bikin acara gladiator. Kan sama tuh konsepnya, ada orang tersiksa dan penonton  hanya menertawakannya.

Nah, itulah bedanya acara televisi dulu dan sekarang. Walau dari segi pengolahan acara zaman sekarang lebih bagus dan rapi, tapi tetap saja acara zaman dulu lebih terhormat daripada acara zaman sekarang. Jika acara zaman sekarang bisa kembali terhormat seperti dulu, pasti acara-acara tersebut akan lebih bagus lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun