Ini merupakan pengalaman penulis dan banyak orang juga tentunya. Pernah suatu saat ketika handphone sedang berada di  dalam genggaman seketika tangan teman menyambar handphone dan berkata "taro dong hp nya!" Seperti itu dengan tawa yang agak kencang. Tentu saja kaget juga sih terlebih lagi handphone masih dalam posisi unlock yang dimana semua chat terbaca dan seketika juga tahu tentang etika ngumpul ya. Saya balas dengan tawa yang memang sebenarnya Saya pun tahu dan Saya pun agak tak suka dengan orang yang sibuk dengan handphone ketika suasana berkumpul terjadi.
Saat berkumpul, hang out, reuni, nongki bareng teman kantor atau bersama acara keluarga pun kadang banyak dijumpai tipe kebiasaan seperti itu. Kesal sih sedikit tapi ya sudahlah walaupun esensi ngumpul jadi nol alias kurang pada intinya. Padahal memang setiap orang punya kebutuhan dengan gadget nya apapun urusan itu mau privat, kerjaan atau bahkan tugas kuliah dan sekolah. Tapi ada kalanya Kita menempatkan sesuatu pada tempatnya kecuali memang situasi urgent menyerang.
Jika niatnya berkumpul ya memang harus berkumpul, ngobrol dan bercerita. Sebaliknya, jika semua bermain atau asyik dengan gagdet nya maka namanya main handphone massal bukan? Tentu saja. Ini budaya yang sebenarnya bukan kriminal ataupun dosa tentunya. Hanya saja etika dan kurang sopan saja. Bayangkan jika seseorang sudah berkata-kata atau bercerita panjang lebar namun Kita menanggapinya dengan "apa?"Â Atau "eh apaan? Iya iya?"Â Seperti itu akan membuat si pencerita akan kesal terkecuali Ia penyabar walaupun Ia harus mengulanginya lagi dan lagi. Namun bukan masalah sabar tetapi menghargai seseorang ketika mengobrol dan curhat atau apapun.
Mau laki laki ataupun perempuan juga banyak sekali realitanya. Semua sibuk dengan handphone nya dari membalas chat, main game atau apapun yang sebenarnya bisa ditunda dahulu. Kadang kala hujan sudah terjadi yang muncul adalah pertanyaan-pertanyaan 'apakah ngumpul ini berkesan?' Atau 'apakah Ia niat berkumpul?' Itu dia masalahnya. Sehingga perkumpulan obrolan menjadi hambar karena tak ada esensinya. Tentunya untuk perkumpulan kedepannya pasti akan terasa malas-malas saja untuk berkumpul lagi.  Meskipun pada umumnya dianggap biasa namun ada kalanya pertimbangkan tentang budaya menghargai seseorang yang sedang berbicara atau minimal jadilah pendengar yang baik.
Kadang memang ada kalanya teman mempunyai pacar yang posesif, urusan kerja yang masih berlangsung atau kebutuhan chat belanja online. Itulah contoh-contoh yang memang banyak Saya temukan. Tapi adakalanya juga Kita mempunyai waktu untuk sharing supaya tidak tercampur hal-hal lain. Jika tidak bisa, lebih baik tidak ikut saja atau ditunda sampai  benar-benar bisa berkumpul dan bercerita sesuai pada tempatnya. Berperan sebagai lawan bicara dan pendengar yang baik itu juga penting selain berperan dalam urusan hidup yang lain. Karena hidup bukan cuma dalam satu genggaman handphone.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI