Seringkali dimana-mana banyak ditemukan artikel, tulisan, blog dan ulasan mengenai perbandingan Karyawan vs Pengusaha. Berbagai macam tulisan dan orang-orang membuat perbandingan layaknya "motivasi"Â seru mengenai kedua profesi ini terhadap semua umur terutama anak muda atau generasi baru. Untuk anak-anak generasi selanjutnya pasti sudah sangat mengetahui tentang dua perbandingan ini secara umum maupun secara spesifik. Tanggapan Mereka pun beragam dan Kita pun sudah mengetahui sebabnya.
Pengusaha adalah orang yang berwirausaha atau mendirikan usaha sendiri demi tujuan menjalankan bisnisnya serta mempekerjakan karyawan atau bahasa lainnya disebut dengan enterpreneur. Sedangkan karyawan adalah orang yang bekerja untuk orang lain sebagai bagian dari kegiatan usaha atau badan usaha. Perbandingan keduanya sangat mewarnai dunia karir ataupun kontribusi awal dalam mencetak masa depan. Perbandingan keduanya sah-sah saja karena keduanya berbeda. Namun, yang menjadi agak "mengganggu" adalah perbandingan ini dirasa kurang apple to apple atau tidak match walaupun sama-sama berbau karir. Selanjutnya, perbandingan ini juga dirasa banyak sekali yang mendiskreditkan profesi karyawan.
Mengapa perbandingan ini tidak apple to apple? karena dari definisinya saja memang sudah berbeda. Jika ingin membandingkan hendaknya perbandingan yang sejenis seperti pengusaha food & beverages vs pengusaha jasa vs pengusaha otomotif. Lalu, jika ingin membandingkan karyawan juga hendaknya membandingkan pula dengan yang sejenis seperti karyawan swasta vs karyawan industri vs karyawan lainnya. Membandingkan bukan berarti mendiskreditkan. Membandingkan hendaknya bersifat motivasi dan konstruktif serta membiarkan orang-orang memilih jalannya masing-masing.
Menjadi pengusaha itu bagus dan menjadi karyawan itu juga bagus selama profesi tersebut tepat dan berguna. Jika tak ada karyawan, para pelaku usaha pun juga tak bisa menghasilkan kegiatan usaha. Sebaliknya, karyawan juga membutuhkan pengusaha yang memberikan kesempatan kerja pada tenaga dan usia kerja. Ini merupakan perhatian penting supaya tidak ada cap atau jarak kesenjangan dalam berkarir. Karena keduanya bersifat pilihan bahkan bukan bersifat mutlak.
Menjadi karyawan itu baik dan tidak seperti cap-cap negatif layaknya budak korporat, "kerja apa dikerjain?" pergi pagi pulang malam atau istilah apapun yang familiar belakangan ini. Menjadi karyawan juga mengajarkan kedisiplinan, perjuangan, tepat waktu, skill multitasking, teamwork serta banyak lagi aspek positif dan masihkah dibilang kelas dua? sangat banyak bertebaran stigma tentang "salary man" yang terkadang lebih menomorsatukan wirausaha padahal keduanya sangat baiknya jika bersinergi.
Masalah keuntungan dan finansial memang pengusaha lebih unggul namun, berbicara soal aspek resiko, keduanya pun juga bisa berpotensi terkena resiko. Jika memang belum bisa menjadi pengusaha, menjadi karyawan pun tidak masalah selagi mengumpulkan investasi dan rencana jika tetap berprinsip menjadi pengusaha. Semuanya fleksibel, karir bersifat fleksibel selama tetap konsisten menjalaninya. Jika ditinjau dari kesulitan dan suka dukanya memang ada saja karena teori sangat berbeda dengan implementasi secara langsung.
Bayangkan jika semua hanya menjadi pengusaha? atau semua hanya ingin menjadi karyawan? rasanya tidak mungkin dan tidak akan ada keseimbangan permintaan dan penawaran. Lagipula, memang sangatlah yakin bahwa orang-orang sudah pandai bersikap dan menentukan apa yang Mereka inginkan. Sehingga memilih itu bebas dan tidak harus melihat ke kanan dan kekiri. Menjadi di tiap keduanya banyak yang sukses dan banyak juga yang jatuh kepada kegagalan dan itulah titik persamaannya.Â
Tetapi, untuk yang ingin menjadi karyawan, jangan terlalu cepat memilih dan untuk yang ingin berkiprah menjadi pengusaha juga jangan terlalu cepat bernafsu mengejar tanpa perhitungan. Mengapa? karena keputusan itu agak lama direncanakan namun cepat untuk di eksekusi. Sehingga semuanya berjalan normal sesuai cita-cita dan menumbuhkan perasaan nyaman tanpa harus terganggu dengan perbandingan-perbandingan seperti diatas.Â
Lalu, Anda ingin menjadi apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H