Hari ini tanggal 22 Desember 2020 bertepatan dengan Hari Ibu. Di Indonesia pun merayakannya dengan cara-cara yang unik antara lain memposting foto dengan Ibu masing-masing dimedia sosial, bercerita tentang Ibu dan bahkan memberikan hadiah spesial. Beragam feed media sosial di whatsapp, instagram, facebook, twitter dan bahkan dunia nyata pun seakan berlomba-lomba menampilkan kemesraan yang harmonis antara anak-anak dan Ibu Mereka.
Berbagai harapan, doa panjang umur, doa untuk kesejahteraan kepada sosok Ibu pun berkeliaran. Seakan tak mau kalah, semua orang berlomba-lomba dari pagi hari untuk memamerkan keharmonisan Mereka masing-masing. Perbedaan yang sangat beda sekali memang antara hari Ibu dengan hari Ayah dan hari anak. Karena memang jasa Ibu besar sekali dari sejak mengandung sampai semua anaknya memiliki semuanya. Peran Ibu secara fisik dan mental memang berpengaruh dan tak peduli anaknya yang nakal atau baik tetaplah seorang Ibu berprinsip bahwa Anaknya adalah anaknya.
Seorang Ibu juga pasti tidak meminta untuk dipamerkan dan diperlihatkan dalam bingkai foto namun pasti seorang Ibu berterimakasih atas semua yang anaknya lakukan. Bahkan seorang Ibu tidak meminta untuk dibalas jasanya karena kebahagiaan anaknya lebih utama dan prioritas. Para anak juga berhak berbahagia terutama yang saat ini masih bisa bersama dengan Ibunya. Tapi apakah perlakuan kepada Ibu sama harmonisnya atau baiknya dengan perlakuan di dunia nyata? media sosial disaat hari Ibu tentu memberikan sajian-sajian Indah keharmonisan anak-anak dan Ibu Mereka. Namun harus Kita masing-masing renungkan pada diri sendiri pada setiap hari bukan hanya pada saat hari Ibu.
Hari Ibu hanya bentuk simbol satu hari yang bermakna menghargai peran seorang Ibu. Dalam artian perayaan satu hari namun perhatian kepada Ibu layaknya setiap hari. Oleh karena itu, ada baiknya jika perlakuan kepada Ibu bukan hanya satu hari saja melainkan setiap hari. Jika hanya satu hari saja, apakah seorang Ibu akan merasakan kehangatan? apakah lantas dengan foto bersama dan memamerkan foto lama akan membuat Kita mendapatkan makna hari Ibu? dan apa yang terjadi setelah berfoto bersama dengan Ibu? apakah hanya "mengeksploitasi" Ibu hanya untuk konten? faktanya hari Ibu sudah mulai hanya menjadi trend. Tidak apa-apa jika menjadi trend namun lebih baik harus diubah judul serta waktunya yaitu hari membahagiakan Ibu dengan waktu setiap hari dan mungkin akan lebih baik.
Sebab, yang namanya hari peringatan itu lebih kepada formalitas dan apakah Ibu hanyalah seorang yang hanya diajak berfoto demi formalitas? jika bisa Kita semua hanya ingin berbakti kepada Ibu sampai akhir hayatnya. Kita juga sebisa mungkin baik bersama Ibu dan bukan cuma terlihat baik. Tak peduli berapa banyak foto dipamerkan dan berapa kata diucapkan yang jelas Ibu pasti mencintai anaknya. Hanya saja yang menjadi masalah ialah apakah anaknya mencintai Ibunya? di setiap hari bukan hanya tanggal 22 Desember.
Hari Ibu memang bisa saja menjadi peringatan untuk anak-anak yang sibuk tidak bisa bertemu dengan Ibunya. Lupa bertanya kabar Ibunya serta Jauh dari Ibunya. Teruntuk semua yang belum bisa bertemu atau sudah berpisah dengan Ibu, percayalah kasihnya bisa tetap membekas dan setidaknya Ibu sudah melihat wajah anaknya dan mengingatnya. Selamat Hari Ibu untuk para Ibu yang hebat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H