Mohon tunggu...
EDI SAPUTRA
EDI SAPUTRA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu Menjadi Yang Terbaik walau itu Sulit

Lagi nyoba nulis, kadang ada ide tapi kaku kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Penting adalah Bagaimana Hatimu

4 Januari 2016   11:25 Diperbarui: 7 Januari 2016   10:56 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kita merasa tidak seimbang, stress, tidak tenang, atau hampa?

Jika ya. Perhatikanlah ilustrasi berikut.

“Bayangkanlah ketika kamu jalan-jalan di hutan dan bertemu dengan seseorang yang mati-matian mengergaji sebatang pohon, lalu kamu bertanya,

“sedang ngapain?”

“menggergaji pohon” jawabnya

“sudah berapa lama menggergajinya?”

“empat jam, tetapi banyak kemajuan kok”, katanya. dengan keringat menetes dari dagunya.

“rasanya gergajimu sudah tumpul”, katamu. “mengapa tidak istirahat dulu sambil mengasahnya?”

“mana mungkin, aku kan sedang sibuk mengergaji, jadi tidak bisa.” 

Kalau saja orang itu mau meluangkan waktu istirahat lima belas menit sambil mengasah gergajinya, mungkin ia akan selesai tiga kali lebih cepat. 

Pernahkah kita begitu sibuknya menjalani hidup ini sehingga lupa dan tidak ada waktu untuk memperbaharui diri? 

Yaaa, kita perlu memperbarui diri kita sendiri agar hidup kita seimbang, tubuh kita, otak atau pikiran, hati dan jiwa. 

Ada orang yang hanya mementingkan tubuhnya saja, menghabisakan waktu berjam-jam untuk membangun tubuh yang sempurna, akan tetapi menelantarkan pikirannya. Atau ada juga yang punya otak hebat, jenius, tetapi membiarkan tubuhnya rusak. Dan yang lebih parah, melupakan hati dan jiwanya. 

Tiap orang boleh memiliki tubuh yang lebih baik, tetapi jangan terobsesi dengan penampilan. Mungkin kita bisa perhatikan, masyarakat kita sekarang terlalu mengutamakan penampilan, coba saja perhatikan di mall-mall, tempat-tempat wisata, atau tempat yang membuat orang-orang menampilkan penampilan sempurnanya, dan kita yang melihatnya menjadi ingat tentang semua ketidak-sempurnaan kita. 

Kita lebih sering fokus pada penampilan, kecerdasan, tetapi lupa dengan hati. Kita lebih memilih makan-makanan agar tubuh kita sehat, kita lebih mengutamakan tempat-tempat belajar khusus agar otak kita lebih pinter, tetapi kita lupa memberi asupan hati dan jiwa, sehingga membuat hidup kita tidak tenang.

Kita tidak rela jika tubuh kita di beri makan makanan bekas, makanan basi, makanan sampah, tetapi kenapa sumber ketenangan hidup kita, jiwa yang layak merasa bahagia di beri makanan sampah,? Tayangan kekerasan, tayangan berbau pornografi, dll. Bayangkan bagaimana jadinya jika seseorang bertahun-tahun diberi makanan basi, makanan tidak sehat, makanan sampah, bagaimana ya tubuh mereka nantinya? Begitupun dengan hati kita, jika di beri makanan sampah selama bertahun-tahun.

Kita bukan saja tercermin dari apa yang kita makan, kita juga tercermin dari apa yang kita dengar, baca, dan lihat. Ketimbang apa yang masuk kedalam tubuh, yang lebih penting adalah apa yang masuk kedalam Hati dan jiwa.

 

sumber the 7 habbits

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun