Gerhana bulan kembali akan kita saksikan pada Sabtu, 10 Desember 2011 malam, pukul 19:46 - 23:18 WIB. Kondisi purnama / full moon ketika bulan tepat beroposisi sempurna (katakanlah fase 100%) terjadi pada pukul 21:36 - 21:38 WIB. Gerhana bulan total sendiri akan terjadi pada kisaran 21:07 - 21:57 WIB. Fenomena gerhana dan purnama kali ini mungkin tidak terlalu banyak menarik perhatian masyarakat seperti purnama di bulan Syawwal yang lalu ketika masyarakat dihebohkan dengan cara "hitung mundur 15 hari" yang katanya bisa dijadikan pembenaran bagi Muhammadiyah (kriteria wujudul hilal) dan menyalahkan pihak yang lain dalam penetapan 1 Syawwal 1432 H. Padahal kenyataannya hitung mundur itu tidak membuktikan apa-apa. Silakan simak tulisan sebelumnya: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/19/masalah-kalender-purnama/
Nah, hal yang menarik dari gerhana bulan dan purnama sekarang adalah (lagi-lagi) adanya perbedaan penanggalan menurut kriteria wujudul hilal dan imkanur ru'yat. Mungkin tidak banyak orang yang mencermati bahwa tahun baru 1433 H diawali pada hari Masehi yang berbeda antara kriteria wujudul hilal dan imkanur ru'yat. Penganut kriteria wujudul hilal memulai 1 Muharram 1433 H pada ba'da maghrib 25 November 2011, sedangkan penganut kriteria imkanur ru'yat memulainya pada ba'da maghrib 26 November 2011. Artinya, pada gerhana bulan dan purnama 10 Desember 2011 ini yang terjadi selepas maghrib sudah masuk ke tanggal 16 Muharram menurut kriteria wujudul hilal dan tanggal 15 Muharam menurut kriteria imkanur ru'yat. Supaya memudahkan untuk diingat, saya kategorisasikan sebagai berikut:
- Kriteria wujudul hilal (Muhammadiyah)
- 1 Muharram 1433 H dimulai ba'da maghrib 25 November 2011
- purnama 10 Desember (ba'da maghrib) ditanggali sebagai 16 Muharram 1433 H
- Kriteria imkanur ru'yat dan verifikasi ru'yatul hilal:
- 1 Muharram 1433 H dimulai ba'da maghrib 26 November 2011
- purnama 10 Desember (ba'da maghrib) ditanggali sebagai 15 Muharram 1433 H
Ok, lantas masalahnya apa? Sebenarnya tidak ada masalah, tetapi saya di sini ingin mengkritisi orang-orang yang masih mempercayai hisab mundur sebagai pembenaran kriteria wujudul hilal. Selain itu, saya ingin mengkritisi pula pendapat yang menyatakan bahwa kriteria wujudul hilal akan menjamin kita (Indonesia) selalu kompak dengan Arab Saudi. Padahal sayangnya untuk Muharram 1433 H ini kenyataannya penanggalan wujudul hilal tidak kompak dengan ketetapan Arab Saudi!
Kritik ini saya anggap penting karena sebagai salah satu warga Muhammadiyah akar rumput saya merasa banyak warga akar rumput lainnya yang jadi keliru memahami konsep hisab dan rukyat tanpa cara pandang ilmiyyah maupun pemahaman syar'i yang benar. Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bisa sedikit membuka kejumudan kita terhadap organisasi atau faham tertentu.
Kritik pertama adalah terhadap hitung mundur 15 hari dari bulan purnama yang diagung-agungkan orang awam penganut wujudul hilal sebagai pembenaran penetapan 1 Syawwal. Jika ini benar, seharusnya bulan purnama dan gerhana 10 Desember sekarang akan ditanggali sebagai 15 Muharram. Faktanya? Nope, Muhammadiyah dengan wujudul hilalnya telah menetapkan 1 Muharram 1433 H dimulai dari ba'da maghrib 25 November 2011. Dengan demikian,
- ba’da maghrib 25 November 2011 ::: masuk 1 Muharram 1433 H
- ba’da maghrib 26 November 2011 ::: masuk 2 Muharram 1433 H
- … (silakan lanjutkan sendiri)
- ba’da maghrib 10 Desember 2011 ::: masuk 16 Muharram 1433 H
Jadi kata siapa Muhammadiyah selalu menanggali saat purnama sebagai tanggal 15 di kalender hijriyyah? Lihat sendiri faktanya ba'da maghrib nanti sudah masuk tanggal 16 Muharram. Kalau masih kurang meyakinkan, silakan cek kalender Muhammadiyah, hari ini Sabtu 10 Desember 2011 siang ditanggali sebagai 15 Muharram, otomatis ba'da maghrib sudah masuk 16 Muharram. Dengan fakta ini, anggapan bahwa hitung mundur dapat membuktikan awal bulan yang benar dalam kriteria wujudul hilal itu terbantahkan dengan sendirinya. Kasus penanggalan purnama sebagai "tanggal 16 hijriyyah" di dalam kriteria wujudul hilal pun akan kembali terjadi pada 2014, seperti pada tabel berikut ini (berdasarkan aplikasi hisab dalam program excel dari Ustadz Abdul Muid): http://flex.phys.tohoku.ac.jp/~nugraha/purnama2014.png
Kesimpulannya, bulan purnama ataupun gerhana bulan itu dapat ditanggali antara 13, 14, 15, atau 16 di dalam sistem kalender Hijriyyah. Dengan demikian, anggapan klasik bahwa purnama hanya bisa terjadi tanggal 14 atau 15 itu harus jauh-jauh kita hilangkan. Kadang kita terjebak pada pemikiran bahwa karena 1 bulan itu antara 29 atau 30 hari lantas purnama harus tanggal 14 atau 15, tetapi sebenarnya penanggalan itu tergantung pada titik awal yang digunakan. Jika kita menggunakan titik awal dimulai sejak ijtima' memang akan menghasilkan purnama tanggal 14 atau 15. Hanya saja di dalam kalender Islam kita tidak menggunakan ijtima' sebagai titik awal, tetapi kita menggunakan hilal, baik itu dengan kriteria wujudul hilal maupun imkanur ru'yat, sehingga purnama bisa ditanggal 13, 14, 15, atau bahkan 16. Tentang masalah ini simak penjelasannya di tulisan berikut: http://artnugraha.wordpress.com/2011/09/19/kalender-islam/
Kritik kedua adalah keyakinan bahwa penerapan kriteria wujudul hilal akan menjamin kekompakan dengan penanggalan di Arab Saudi. Untuk kasus Syawwal 1432 H memang tampaknya penganut wujudul hilal beruntung karena entah kenapa Arab Saudi yang notabene melakukan ru'yat malah melaporkan keterlihatan hilal imajiner yang sebenarnya mustahil terlihat. Sayangnya penganut wujudul hilal tidak beruntung untuk kasus Muharram 1433 H ini karena komisi fatwa Arab Saudi menetapkan 1 Muharram dimulai ba'da maghrib 26 November 2011. Artinya kali ini Arab Saudi menetapkan awal bulan yang sama seperti dalam kriteria imkanur ru'yat.
Dengan demikian, kalender Ummul Quro berbasis wujudul hilal yang digunakan Arab Saudi jadinya dikesampingkan dalam kasus Muharram ini karena laporan ru'yatul hilal di sana menyatakan hilal tidak terlihat pada ba'da maghrib 25 November 2011 sehingga bulan Dzulhijjah istikmal 30 hari. Silakan simak berita di sini: http://www.spa.gov.sa/details.php?id=948991, di Arab Saudi 1 Muharram 1433 H adalah 27 November 2011 atau dimulai dari ba'da maghrib 26 November 2011. Lihat juga http://moonsighting.com/1433muh.html, disebutkan bahwa hari 'asyura jatuh pada Selasa 6 Desember 2011, bukan 5 Desember 2011 seperti menurut kriteria wujudul hilal. Catatan penting di sini adalah, kalender Ummul Quro di Arab Saudi hanya digunakan untuk keperluan administrasi dan pemerintahan, sementara untuk keperluan ibadah digunakan ru'yatul hilal secara langsung.
Hmm... perbedaan penanggalan ini pada akhirnya menjadi pelik bagi kita sebagai orang awam harus ikut siapa. Saya hanya bisa menyarankan untuk diri saya sendiri agar setiap pilihan "ikut siapa" itu harus atas dasar ilmiyyah dan dalil-dalil syar'i yang shahih, bukan mereka-reka dengan membuat konsep asal-asalan seperti hitung mundur purnama. Mudah-mudahan persatuan kriteria dalam penetapan kalender Islam ini akan terwujud dalam waktu dekat. Tentu akan indah jika umat Islam bersatu, minimalnya dalam hal yang kecil-kecil seperti permasalahan kalender ini.
Oya, yang terpenting sih jadikan gerhana ini sebagai salah satu event untuk terus merenungkan kebesaran Allah, terutama ingat akan terjadinya hari kiamat karena saat datangnya kiamat nanti salah satu tandanya adalah ada gerhana. Berikut ini sedikit renungan di tulisan lain:
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H