[caption id="attachment_328865" align="alignnone" width="640" caption="Kampanye anti politik uang"][/caption]
Saat membaca berita ini di portal mereka.com saya sedikit terkejut, karena dari reportase beritanya terlihat bentuk kampanye yang sudah nekad. Sang caleg di berita ini melakukan pembagian uang dengan cara melakukan pertanyaan "Siapa yang tahu nama saya? Nanti dapet goceng," begitu kata si caleg ini.
Ketika di konfirmasi di paragraph berita yang lain, sang caleg mengatakan "Kalau uang Rp 5 ribu untuk anak-anak Al Fatihah (doa) bentuk prihatin saya karena anak-anak membutuhkan pendidikan agama," kata H di lokasi." Agak prihatin jika argumentasi pendidikan agama dibalut dengan 'sumbangan' uang, karena justru hal ini jauh dari karakter agama yang menitik beratkan pada moral bukan materi.
Jika anda bertanya siapa sang caleg maka anda bisa membaca di link yang saya tautkan di akhir tulisan ini, namun saya tidak berusaha menjelekkan sang caleg dan partainya, saya rasa praktik politik uang masih sangat kental di Indonesia, apalagi di masa kampanye saat ini. Pun saya juga yakin akan banyak berita mengenai berbagai caleg dari berbagai partai melakukan hal yang persis sama.
Mengkhawatirkan jika praktik ini masih berlangsung, karena jika sang caleg mengawali karirnya di dunia politik dengan uang, apa jaminan sang caleg tidak akan mencoba menutupi "ongkos politik" nya. Memang pepatah bahwa politik itu "kotor" masih cukup lekat. Harapan saya semoga caleg-caleg yang menggunakan cara cara ini tidak terpilih, caranya cukup dengan mengedukasi rakyat kita untuk mengenal calon wakil nya yang dititipkan suaranya.
Semoga pemilu kali ini menjadi tolak ukur baru, sehingga para calon wakil rakyat yang terpilih nanti memang mewakili konstituennya, bukan mewakili suara partainya.
Selamat Memilih...
Salam
E.R.S
Sumber foto:Â merdeka.com/arie basuki
link berita: