Mohon tunggu...
Arti Wahyu
Arti Wahyu Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia yang penuh semangat

Lakukanlah walau tindakan mu bernilai kecil, daripada tidak bertindak sama sekali Bagian kecil dari semesta, yang tak terlihat, namun ada

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ekspektasi Semulus Kenyataan?

3 Februari 2021   03:00 Diperbarui: 3 Februari 2021   05:46 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Setiap manusia pasti memiliki impian. Setiap individu pasti mempunyai khayalan, sederhananya kita manusia suka berkhayal. Saya pun demikian. Tak ada larangan tertulis untuk berkhayal. Tapi ingat, berkhayal pun ada batasnya. Jangan berlebihan, harus sesuai porsi. Karena kita hidup di dunia nyata, bukan dunia mimpi.

Berkhayal, berangan-angan, bermimpi boleh-boleh saja dilakukan. Karena tujuan, atau goals hidup kita juga berawal dari mimpi. Tapi ingat, kita hidup di dunia nyata yang dinamis. Jika sebelumnya kita sudah menyiapkan berbagai rencana "a, b, c, dsb". Bisa saja hal tersebut meleset dari perkiraan awal, atau yang paling buruk adalah kegagalan. Situasi dan kondisi bisa berubah-ubah, kita tidak bisa menghentikan atau bahkan menghindar dari kemungkinan terburuknya. Yang paling penting dari hal tersebut adalah siapkan mental.

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk saling bertukar sapa dengan beberapa kawan melalui aplikasi chatting. Berbasa-basi seperti pada umumnya, tak lupa dengan menerapkan rumus 5W+1H. Saling berbagi cerita, sharing sana-sini masalah hidup, dan tekanan setelah lulus menjadi sarjana merupakan topik panas perbincangan kami saat itu. Rata-rata mereka bercerita bahwa apa yang mereka jalani saat ini 180 derajat berbeda dari ekspektasi awal. 

"Dunia nyata kejam seperti ibu tirinya Cinderella", celetukan salah satu kawan di aplikasi chatting. Persaingan di dunia nyata sungguh-sungguh berat. Ditambah kondisi saat ini yang sedang sulit menambah beban untuk memenuhi kebutuhan hidup. Belum lagi kesulitan di tempat kerja, mulai dari beradaptasi, memahami berbagai macam individu dengan karakternya masing-masing, dan tuntutan-tuntutan lainnya. Apabila tidak kuat, tentu mental langsung down.

Dari keluh kesah permasalahan tersebut saya menyimpulkan bahwa, angan-angan tetap angan-angan, ekspektasi akan tetap menjadi ekspektasi. Tapi, tidak menutup kemungkinan angan-angan, ekspektasi (impian) kita bisa menjadi nyata.Yang pasti, kita harus siap dengan kenyataan hidup yang ada. Kalimat "hidup itu kejam" terdengar pas dengan keadaan ini. Persaingan benar-benar terasa saat kita memasuki rimba realita hidup. Siapa yang kuat, yang mendominasi, dialah yang akan bertahan. Skill  tentu poin utama, tapi menjadi inovatif dan kreatif juga perlu. Sebisa mungkin ketiganya berjalan beriringan. Pesan ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman orang yang sudah survive di kehidupan nyata.

Dari masalah-masalah tersebut tentu pengharapan terbesar kita semua adalah diberi kekuatan yang lebih untuk dapat menghadapi kehidupan saai ini. Dan, semoga impian-impian yang tertunda dapat segera terealisasi dan tercapai. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun