Penulis Artikel Opini: ARTIKA SARI DEVI GULTOM
Nim: 132231005
Fakultas: Keperawatan
PDB: 108
Universitas Airlangga
Hidup adalah sebuah usaha perjalanan yang harus dijalankan baik keadaan sakit maupun sehat. Self-care adalah salah satu perawatan diri untuk merawat diri baik sosial, fisik, maupun spiritual tergantung cara penanganan terhadap masing-masing individu. Di era modern yang semakin canggih ini, kesehatan juga dapat ditangani berbagai macam fasilitas kesehatan. Namun pada faktanya, fasilitas kesehatan yang semakin canggih tidak menjamin seseorang sembuh total atau bisa dikatakan terjamin hidup. Bahkan, masing-masing individu ada yang rela menghabiskan miliaran biaya namun berujung kematian. Meskipun kehidupan di tangan Yang Maha Kuasa kita tetap harus menjaga pola kesehatan dan kebiasaan hidup untuk sehat.
Salah satu virus yang semakin meningkat dan bahkan vaksin yang belum pernah dianggap dapat menyembuhkan pada pasien adalah virus HIV/AIDS. HIV/AIDS atau dikenal dengan istilah ( Human Immunodeficiency Syndrome) semakin berkembang cepat dan merupakn salah satu tantangan terbesar di masa kini sekalipun telah dilakukan berbagai upaya untuk mengendalikan dan menahan penularannya. Penularan dan perkembangan kasus HIV/AIDS yang paling cepat terkonsentrasi di negara-negara dunia ketiga, dimana masyarakat masih bergelut dengan masalah keterbelakangan pendidikan, ekonomi, dan erutama askes terhadap pelayanan kesehatan yang belum memadai atau terjangkau.
AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan infeksi dengan virus yang disebut HIV. Virus ini menyerang dan menghancurkan kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T helper, sel yang membuat zat inti dalam tubuh. HIV sendiri memperbanyak diri dalam sel limfosit yang diinfeksinya dan merusak sel-sel tersebut, sehingga mengakibatkan menurunya sistem kekebalan dan daya tahan tubuh. Virus ini terdapat dalam darah dan air mani. Daya tahan tubuh yang melemah mengakibatkan timbulnya penyakit oleh karena infeksi ataupun penyakit lain akan meningkat. HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dengan laju yang sangat mengkhawatirkan,
hampir semua provinsi di Indonesia ditemukan kasus HIV/AIDS. Virus HIV bukan hanya menyerang kaum homoseksual, pekerja seks, pengguna narkoba, tapi juga ibu-ibu rumah tangga maupun anak-anak. Pada tahun 2013 pengidap HIV sebanyak 29.037, sedangkan pada tahun 2023 Pengidap HIV 16.410. Kasus mengalami penurunan dikarenakan adanya faktor pendukung penanganan HIV/AIDS terhadap keberlangsungan hidup dan mati. Seseorang yang terserang virus AIDS menjadi pembawa virus tersebut selama hidupnya orang tersebut bisa saja tidak menampakkan gejala sama sekali namun tetap sebagai sumber penularan pada orang lain.
Pencegahan terhadap kasus virus HIV/AIDS di Indonesia mempunyai 4 pilar, yang emuanya menuju pada paradigma Zero New Infection, Zero AIDS-related death dan Zero
Discrimination. Empat pilar tersebut adalah:
1. Pencegahan (prevention): Meliputi pencegahan penularan HIV melalui transmisi seksual dan alat suntik, pencegahan HIV dari ibu ke bayi (prevention mother to child transmission, PMTCT), pencegahan di kalangan pelanggan penjaja seks, dan lain-lain.
2. Perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP): meliputi penguatan dan pengembangan layanan kesehatan, pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, pengobatan antiretroviral dan dukungan serta pendidikan dan pelatihan bagi ODHA.
3. Mitigas dampak berupa dukungan psikososial-ekonomi.
4. Penciptaan lingkungan yang kondusif (creaying enabling environment) yang meliputi program peningkatan lingkungan yang kondusif adalah dengan penguatan kelembagaan dan manajemen, manajemen program serta penjelasan kebijakan dan lain-lain.
Manusia sehat adalah manusia-manusia yang mampu memanfaatkan potensi-potensi yang
ada pada dirinya untuk mencapai tujuan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H