Alun-alun merupakan suatu lapangan berumput luas yang dikelilingi oleh jalan dan dapat digunakan untuk beragam kegiatan masyarakat. Keraton Yogyakarta diapit oleh dua Alun-alun yaitu Alun-Alun Utara dan Alun-Alun Selatan (Surya Putra, 2018). Pada zaman dahulu, alun-alun menjadi bagian dari komplek Keraton yang dipahami sebagai pusat pemerintahan sekaligus pusat kebudayaan (Susanti, 2015). Saat ini, alun-alun telah berubah fungsi sebagai ruang publik bagi masyarakat sekitar. Sebagai salah satu bentuk ruang publik, keberadaan dan kondisi alun-alun tentunya mengalami beberapa perubahan dari waktu ke waktu, termasuk Alun-Alun Kidul Yogyakarta (Rahmah, Anggraini, & Kurniawan, 2023).
Alun-Alun Kidul Yogyakarta merupakan halaman belakang Keraton Yogyakarta yang dibuka untuk umum sejak peringatan 200 tahun Kota Yogyakarta pada tahun 1956 yang ditandai dengan gedung monumental Sasono Hinggil Dwi Abad (Arsita, 2022). Awalnya, Alun-Alun Kidul bukanlah sebuah ruang publik, melainkan tempat latihan prajurit Keraton dan latihan perang. Setelah berubah fungsi, Alun-Alun Kidul menjadi sarang kriminalitas dan memiliki suasana yang angker. Namun ketika Gedung Sasono Hinggil Dwi Abad digunakan untuk pertunjukan wayang kulit (Mumfangati, 2013).
Dikutip dari (Hidayah, 2015) mengemukakan bahwa Alun-alun Kidul (Selatan) adalah alun-alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta. Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai Pengkeran. Pengkeran berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi (belakang). Hal tersebut sesuai dengan keletakan alun-alun Kidul yangmemang terletak di belakang keraton. Alun-alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yangmemiliki lima Gapura, satu buah di sisi Selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah.
Menurut sejarahnya, Alun-alun Kidul ini dibuat untuk mengubah suasana bagian belakang keraton menjadi seperti bagian depan karena pada dasarnya antara Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta dan laut selatan pulau jawa terbentuk garis imajiner yang menghubungkan kesatuan tersebut. Agar dari selatan posisi KeratonYogyakarta tidak seperti membelakangi laut selatan, maka dibentuklah alun-alun lor (Hidayah, 2011).
Di malam hari, selain menjadi tempat berkumpulnya anak muda dan rekreasi keluarga, Alun-Alun Kidul juga menyediakan aneka kuliner (Rusdianti et al., 2016). Alun-Alun Kidul menawarkan berbagai kuliner, baik kuliner daerah maupun kuliner internasional. Jenis kuliner daerah yang sering ditemukan di Alun-Alun Kidul Yogyakarta adalah kuliner Angkringan yang menggunakan gerobak dorong dan tikar untuk duduk lesehan serta Street Food yang menjual kuliner luar negeri seperti kuliner korea hingga kuliner Jepang (Rahmah, Anggraini, & Kurniawan, 2023).
Pukul lima sore adalah awal keramaian Alun-Alun Kidul. Tenda-tenda pedagang mulai didirikan dan bahan makanan atau minuman yang akan dijajakan pun disiapkan. Begitu gelap,anda bisa mulai menjajal makanan dan minuman yang dijajakan (Hidayah, 2011).
Dilansir dari detikjogja, ada sejumlah aktivitas menarik yang bisa kamu lakukan di Alun-Alun Kidul Yogyakarta, yaitu:
1. Masangin
Masangin adalah aktivitas yang populer dilakukan di Alkid Jogja. Masangin adalah singkatan dari masuk di antara dua beringin.
Dikutip dari situs Pemkot Yogyakarta, masangin yaitu berjalan dengan mata tertutup hingga melewati dua beringin. Jika berhasil, konon orang tersebut akan dikabulkan cita-citanya. Meski terdengar gampang, banyak orang gagal dan penasaran ingin terus mencobanya. Kebanyakan orang menganggap ini hanya sebagai permainan atau hiburan, tetapi ada juga yang mempercayai mitos tersebut.
2. Olahraga
Kamu juga bisa berolahraga di sini, seperti joging atau senam. Akan lebih nyaman jika dilakukan di pagi hari karena tidak seramai sore atau malam hari. Tapi di akhir pekan, tempat ini akan menjadi lebih ramai.
3. Sepeda Lampu dan Odong-odong
Di malam hari, Alkid akan semakin ramai dikunjungi oleh masyarakat. Dikutip dari laman Pemprov DI Yogyakarta, salah satu aktivitas yang tak kalah seru adalah menyewa sepeda lampu atau odong-odong. Sepeda ini dibuat tandem sehingga bisa dikayuh berdua. Ada juga sepeda berbentuk mobil atau odong-odong yang bisa dinaiki sekitar empat atau lima orang. Hiasan lampu membuatnya semakin menarik di malam hari.
4. Kulineran
Yang terakhir, aktivitas di Alun-alun Kidul Yogyakarta yang bisa kamu lakukan adalah berwisata kuliner. Di sekeliling alun-alun terdapat banyak pedagang makanan, baik itu angkringan maupun jajanan lainnya. Sambil menyantap makanan, kamu bisa duduk santai sambil bercengkerama bersama teman. Banyak orang datang ke sini hanya untuk nongkrong hingga larut malam.
Dilansir dari detikjogja, lokasi Alun-Alun Kidul Yogyakarta berada di selatan Keraton Kasultanan Yogyakarta. Jika dari arah Stasiun Yogyakarta, kamu harus melewati Jalan Malioboro. Sampai persimpangan, kamu bisa lurus melewati Alun-alun Lor kemudian ambil jalur kanan dan keluar di Jalan Ngasem. Selanjutnya, lurus ke selatan sampai ke Pasar Ngasem lalu belok kiri dan ikuti jalan sampai ke Jalan Taman, kemudian belok kiri untuk masuk ke Alkid. Alkid selalu buka selama 24 jam karena merupakan akses jalan yang digunakan untuk umum. Ada sejumlah warung yang buka sampai tengah malam. Masuk di Alkid tidak dikenakan biaya, tetapi hanya dikenakan tarif parkir Rp 3 ribu untuk motor dan Rp 5 ribu untuk mobil. Jika ingin menyewa ikat untuk penutup mata saat bermain masangin, kamu dikenakan biaya Rp 5 ribu. Sedangkan untuk menyewa sepeda atau odong-odong, dikenakan tarif kurang lebih Rp 50 ribu.
Bapak Suharno, seorang penjual telur puyuh sungkel merupakan salah satu penjual makanan yang telah menetap di Alun-Alun Kidul sejak awal berjualan sampai sekarang. Beliau berkata "telur puyuh sungkel ini dari Katul Margo Satu." "Sehari saya buka dari jam 5 sampai jam 10, biasanya sehari saya dapat 60 sampai 70 ribu, kalau laris 70 ribu."Â
"Saya buka tiap hari tapi kalau hari Selasa saya libur", ucap Bapak Suparno. Beliau telah membuka usaha jualan telur puyuh sungkel ini di Alkid sejak tahun 1998 hingga sekarang. "Awal mulanya saya melihat peluang usaha dari telur, akhirnya saya membuat telur puyuh sungkel", tambah Bapak Suharno. Beliau berkata "seporsi dapat 24 biji dengan harga 10 ribu."Â
Bapak Suharno juga berkata bahwa usahanya ini adalah usahanya sendiri yang telah ia bangun sampai sekarang. "Saya beli telur puyuh ini dari pasar dengan harga 40 ribu sekilo", tambah Bapak Suharno. "Sebulan omsetnya bisa sampai 800 ribu", kata Bapak Suharno. "Saya sejak dari awal sudah berada di sini dan tidak pindah-pindah tempat di Alkid karena sudah diatur seperti ini."Â
Bapak Suharno juga menambahkan bahwa disini hanya perlu membayar uang sampah dan keamanan. "Biasanya saya membayar sampah 5 ribu untuk kantung kecil dan 10 ribu untuk kantung besar, tergantung dari besar kantungnya." Bapak Suharno juga berkata karena daerah Alkid ini adalah tempat wisata, harga air yang biasanya 3 ribuan bisa mencapai 5 ribu. "Karena sudah masuk daerah wisata, makanya biasanya harga minuman mahal", tambah Bapak Suharno.
Karena Alkid merupakan tempat wisata, tidak sedikit sampah berceceran di mana-mana. Lapangan Alkid memiliki sampah yang dibuang sembarangan di mana-mana, mulai dari bungkus sedotan, botol plastik, dan lain-lain. Dilansir dari Tribunjogja.com, puluhan kantong plastik dengan ragam ukuran berisikan sampah, membanjiri tepi alun-alun di sisi selatan, yang sontak menimbulkan bau busuk.
Tempat sampah yang sudah penuh, dan malah kelebihan muatan akibat dari sangking banyaknya sampah, dapat banyak sekali dijumpai di daerah Alkid ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H