"Ya yang beli kan siapa saja. Soal jenis kopinya, menurut saya selera aja sih," kata seorang driver ojol yang mangkal tepat di seberang Stasiun Gambir. Â "Kalau nggak ada setarling ini, kita-kita yang mau istirahat susah juga cari warung kopi di pinggir jalan," tambahnya. Saya mengamini apa yang disampaikan driver ojol ini. Keberadaan setarling di berbagai titik menjadi penawar dahaga penikmat kopi .
 Â
Sate Padang
Malam hari sekira pukul 20.00 WIB, saya tiba di daerah Kabupaten Bogor. Jauh dari ibu kota. Tapi tetap saja jajanan jalanan tak sulit untuk ditemui. Salah satunya yang tak jauh dari Stasiun KRL, Sate Padang. Menurut penjualnya, ia meneruskan berjualan Sate Padang yang dimiliki pamannya.Â
"Sudah berapa lama da jualan sate padang ini?" tanya saya. "Wah, sudah lama. Saya sih memang baru saja sejak 2022 lalu tapi saya nerusin usaha paman saya yang berdagang di sini sejak 2014," katanya.
Satu porsi seharga 20 ribu dengan isi lontong dan 10 tusuk sate sapi. Sate Padang terkenal dengan bumbu berwarna coklat kental dan amat terasa rasa ladanya. Kata penjualnya, jenis yang ia jual dan juga kebanyakan dijual pedagang Sate Padang adalah jenis Sate Padang Kota. Konon katanya Sate Padang Kota ini adalah perpaduan antara bumbu Padang Panjang dan bumbu sate Padang Pariaman.Â
Yang menjadi istimewa dari Sate Padang ini adalah cairan kental berwarna coklat itu. Cairan kental coklat itu terdiri dari rempah-rempah berisi cabai merah, serai, jinten, ketumbar, jahe, lengkuas, kunyit dan lada. Terkadang kacang tanah sedikit juga dicampurkan ke dalamnya sebagai penambah rasa saja.Â
Saya tanpa berlama-lama menyantapnya ketika disajikan panas-panas. Sekali hap, satu tusuk sate dan lontong masuk ke mulut.
Menyimak obrolan sambil sate dipersiapkan bagi pembeli lainnya, sajian tambahan sate berupa kerupuk singkong atau kerupuk kulit tersedia. Pembeli tinggal memilih, mana kerupuk yang disuka. Lengkap memang jika Sate Padang itu disajikan dengan kerupuk. Pedas dan gurih.Â