Mohon tunggu...
artha senna
artha senna Mohon Tunggu... Editor - Editor

Suka bepergian. Editor lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan Pilihan

Menikmati Sapaan dan Bubur Ayam Mang Oyo

4 Juni 2023   18:42 Diperbarui: 5 Juni 2023   09:38 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mang Oyo dengan bubur yang tak tumpah.

Sudah dua kali makan di tempat Mang Oyo, pendiri tempat makan Bubur Mang Oyo di Bandung, dua kali pula saya melihatnya ketika ia menghampiri pengunjungnya. Saat kali pertama makan di tempat itu, dari kejauhan saya berpikir, bapak yang mengenakan baju putih celana hitam sedang menawarkan sesuatu pada pengunjung. Ahh, itu hal yang biasa jika seseorang pedagang mendatangi pengunjung yang sedang makan sehingga saya mengacuhkannya. Saya sempat melirik pengunjung lain mengambil foto ke bapak itu. Saya biarkan dan melanjutkan menyantap bubur ayam yang cukup lezat itu.

Kali kedua inilah, pandangan saya tak jauh dari Mang Oyo itu sendiri. Meja tempat saya makan bersebelahan dengan meja pengunjung lain. Dan Mang Oyo mendatangi meja sebelah saya itu. Saya melirik, oala..ini orang yang waktu pertama kali saya makan di tempat ini dan bercakap-cakap dengan pengunjung. 

Sepintas saya mendengarkan percakapan Mang Oyo dengan pengunjung sebelah saya itu.  "Ini teh Mang Oyo. Aduh seneng pisan atuh. Boleh minta foto Mang?" kata pengunjung perempuan separuh baya yang meminta foto pada Mang Oyo.  Sesaat kemudian Mang Oyo dengan senyum lebarnya menyambut permintaan itu. "Tunjukin piring bubur yang nggak jatuh atuh Mang," pinta ibu itu lagi.  Dan klik..klik..jadilah pose foto Mang Oyo sedang memegang piring berisi bubur nasi yang meski dimiringkan, tidak tumpah. Saya sempat juga meminta Mang Oyo berpose dengan bubur ayam legendarisnya itu. 

Dalam percakapan itu, Mang Oyo bercerita, usianya sudah kepala 8 dan ia mensyukuri masih sehat dan masih bisa menyapa pengunjung untuk sekadar bercerita atau menyapa.

"Ya bersyukur saja sejak dulu banget saya membuka usaha ini. Jadi saya bersyukur pelanggan memberi saya makan, pelanggan membuat para pelayan di sini dapat gaji. Hatur nuhun yak," katanya.

Sapa pelanggan

Konsep yang dilakukan Mang Oyo dengan menyapa dan mengujungi pelanggan yang datang ke tempat jualannya, kata dia sudah dilakukan sejak ia tidak lagi aktif ikut melayani. "Tugas saya melayani pelanggan diambil alih anak dan mantu saya. Itu tuh di dalam sana-sambil menunjuk ke arah ruang koki-, dia malu kalo saya berkeliling seperti ini..hehehe tapi nggak apa-apa..yang penting kami semua bisa melayani pengunjung," ujarnya sambil terkekeh. 

Menyapa pengunjung yang sedang makan buburnya menjadi tambahan suasana hangat. Kali kedua itu saya datang sekira pukul 9 pagi. Hampir penuh semua meja-meja yang disediakan, baik di dalam maupun di luar. Dan ya itu, penampilan Mang Oyo yang saya kira menawarkan sesuatu ternyat keliru. Ia sengaja menyapa pengunjung agar pengunjung merasa lebih nyaman sambil menikmati buburnya yang sudah ia jual sejak tahun 1976. 

Sapaan pada pengunjung itulah yang menjadi ciri khas tambahan bubur ayam Mang Oyo yang menurut saya menjadi nilai tambah kala menyantapnya. Pengunjung merasa diperlakukan hangat. Selain hangatnya bubur ayam, hangat sapaan Mang Oyo ke sejumah meja pengunjung sambil bercerita pengalamannya.

"Dulu mah, saya nda ada yang ngeliput atau disebarin seperti ini. Pokoknya wek, dari mulut ke mulut aja. Dan, Alhamdilah sekarang banyak media yang nyeritain tempat ini," ujarnya pada pengunjung yang ia datangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun