Mohon tunggu...
Artha Doank
Artha Doank Mohon Tunggu... -

Positif Thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jakarta Butuh Pemimpin yang Otentik

28 Agustus 2012   03:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:14 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13460568951158757390

[caption id="attachment_195369" align="aligncenter" width="372" caption="Ilustrasi leadership | sumber foto: republika co id"][/caption] Jakarta adalah kota dengan masyarakat yang majemuk, berbagai kelompok masyarakat, suku, agama, ras dan golongan sudah lama bermukim di kota ini.  Jakarta telah menjadi kota Global menjadikan kota ini sebagai pusat administrasi, pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat kegiatan sosial budaya. Disamping itu Jakarta disebut sebagai kota terpadat di Asia.  Jakarta sebagai kota yang sesak dengan berbagai persoalannya menyajikan fenomena menarik, terutama karena hadirnya bermacam paradoks. Dalam arti, banyak hal yang sebenarnya bertentangan, tetapi ternyata bisa hidup bersamaan, bahkan berdampingan, di kota ini. Dengan kemajemuk dan berbagai persoalan itulah Jakarta butuh pemimpin yang otentik, Seorang pemimpin yang memiliki ketegasan, memiliki etika, berani, dan berkarakter agar mampu membawa Jakarta yang lebih baik lagi. Menurut saya sosok Pemimpin yang bisa disebut sebagai "Otentik Leader" adalahFauzi Bowo sampai saat ini kepemimpinan beliau sudah terbukti berkat pengalaman dan intelektualnya membuat perubahan untuk Jakarta di masa depan, belum lagi dimata keluarganya beliau sebagai bapak yang galak dalam arti tegas dalam mendidik putra putrinya padahal hatinya lembut dan penyayang bahkan sangat akrab apabila sudah berkumpul bersama keluarga. Fauzi Bowo bukan seorang politisi atau seorang artis yang bisa berpenampilan menarik, manis di depan bidikan kamera para media, beliau hanya seorang pekerja keras yang mengabdi untuk pemerintah dan Negara. Pemimpin yang pantas memimpin Ibu Kota DKI Jakarta, tentunya harus orang yang paham betul tentang karakter, tata kota dan geografis Jakarta untuk 5 Tahun kedepan, bukan untuk sesaat (Instan) atau tambal sulam. Jakarta yang luas daratannya 661,52 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 9,041 juta jiwa (sumber) menjadikan Pekerjaan Rumah (Problematika Jakarta) yang masih menumpuk, bukan hal yang mudah untuk memimpin Jakarta. Dengan kompleksitas masalah di Jakarta yang tinggi, tentunya seorang pemimpin harus memiliki kompetensi yang sejalan dengan permasalahan yang ada di Jakarta.  Menurut pengamatan dan survei pakar psikologi Universitas Indonesia (UI) Niniek L Karim, Jokowi tergolong lambat dalam memahami situasi. Meski cerdas, Ia cenderung menghindari kerangka pikir teoritis yang dibangun dari pengalaman orang lain. "Mereka yang mengangankan sosok pemimpin yang mengetahui masalah dan siap dengan solusi tidak akan banyak berharap padanya,"demikian hasil pengamatan dan survei pakar psikologi UI Niniek L Karim mengenai kompetensi Jokowi seperti dilaporkan Kompas (Rabu 27/06). Berbeda dengan sosok Fauzi Bowo jauh lebih berkompetensi. "Dalam derajat tertentu, Fauzi Bowo hampir memiliki semua kompetensi yang perlu dimiliki Gubernur Jakarta," begitu menurut Niniek dalam laporan pengamatannya (Kompas, 25/06). Selain itu, Fauzi Bowo memiliki sosok pemimpin yang dapat memberikan ransangan intelektual kepada bawahannya, agar kinerja bawahannya dapat terpacu untuk bekerja lebih optimal dan lebih baik lagi.Sumber Fauzi Bowo juga dinilai mempunyai diversitas yang tinggi yang terlihat dari respeknya terhadap berbagai perbedaan. Latar belakang pendidikan dan pergaulannya yang beragam mendukung kuatnya sifat pluralisme dalam diri bang Fauzi. Namun calon orang nomor satu di DKI Jakarta ini diharapkan perlu mengurangi penilaian dan kritik secara spontan terhadap ide orang lain. Dalam kemampuan untuk mengambil risiko seperti mengambil keputusan yang berani dihadapkan pada risiko dan ketentuan, membuat rekomendasi radikal dan mendukung penerapannya, Fauzi dinilai cukup punya kompetensi untuk itu. Fauzi Bowo mampu membuat keputusan yang berisiko dan berani menanggung konsekuensi keputusan, siap menghadapi beban finansial dan protes keras berbagai pihak. Namun selama ini, gaya dan strategi komunikasi yang digunakan Fauzi mengaburkan apa yang sudah diputuskan dan dilakukannya. “Mengambil tanggung jawab pembangunan MRT 58% dan menerbitkan obligasi daerah adalah salah satu contoh kemampuan Fauzi dalam mengambil risiko,” begitu kata Niniek dalam laporannya. Sumber Selain itu Pakar komunikasi Universitas Indonesia Effendi Gozali mengatakan bahwa sejauh ini baru Foke ( Fauzi Bowo) yang mampu menjelaskan kinerja dan visinya secara detail. Kutipan : wartakotalive.com Dengan Jakarta sebagai Barometernya Indonesia, semoga pilihan warga Jakarta yang cerdas, rasional atau menggunakan akal sehat tidak salah dalam memilih pemimpinnya agar apa yang sudah di capai dan yang sudah dinikmati oleh warga Jakarta selama ini bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun