Mohon tunggu...
artaria nuraini
artaria nuraini Mohon Tunggu... -

calon dokter, caoln istri, calon ibu. penulis amatiran.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

In This Corner of The World: Satu Lagi Anime tentang Bom Atom Hiroshima

4 November 2017   15:53 Diperbarui: 4 November 2017   16:25 1936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
In This Corner of the World


Apa yang pertama kali anda pikirkan ketika mendengar Jepang dalam setting perang dunia kedua? Yang saya bayangkan pertama adalah posisi Jepang sebagai salah satu pelaku perang yang begitu keji. Pendudukan Jepang di berbagai wilayah di Asia Pasifik tentu meninggalkan luka yang tidak bisa hilang begitu saja. 

Kerja paksa, pelecehan seksual, penyiksaan oleh Kampetai yang kerap kali kita dengar dari guru-guru sekolah menimbulkan sentimen negatif terhadap Jepang. Namun sudah sejak lama ternyata semangat-semangat anti perang telah muncul dari dalam Jepang sendiri, bahkan kritik terhadap kebijakan perang Jepang telah ada paska Perang Dunia I.  Beberapa dapat kita lihat salah satunya melalui anime, membuat kita bisa merasakan bahwa rakyat Jepang juga sama menderitanya saat perang berkecamuk.

Bukan kali ini sejarah mengenai perang dunia kedua di kawasan asia pasifik bisa kita nikmati melalui film anime. Anda mungkin tidak asing dengan film fenomenal garapan studio animasi besar Jepang, Studio Ghibli, berjudul "Grave of the Fireflies". Studio Ghibli juga sempat merilis anime bertema sama tahun 2013 berjudul "The Wind Rises". Dibandingkan "Grave of the Fireflies" kisah drama-romantis tentang pembuat pesawat tempur Jepang itu tidak semencekam kisah Adik-Kakak yang harus bertahan hidup di tengah situasi perang, yang rilis tahun 1988 tersebut. 

Ada juga anime lain yang lebih lawas, berjudul "Barefoot Gen" yang diadaptasi dari manga berjudul sama karya Keiji Nakazawa. Pada November 2016, sebuah film anime drama bertema sejarah kembali dirilis. Juga diadaptasi dari sebuah manga yang terbit pada 2007, salah satu setting di film ini mengambil lokasi yang sama dengan  "Barefoot Gen", yaitu Hiroshima yang hancur lebur pada 6 Agustus 1945.

Kita akan dibawa kembali ke tahun 30-40 an lewat sudut pandang gadis polos 18 tahun, Urano Suzu, yang gemar melukis. Urano yang membantu orang tuanya sebagai petani rumput laut di sebuah daerah di Hiroshima harus melewati masa-masa sulit ketika Jepang terlibat perang. Ketika kakak laki-laki satu-satunya terdaftar sebagai anggota angkatan laut, Urano tidak lama kemudian menerima lamaran pria yang tak ia kenali sebelumnya. Ia harus mengubur cinta pertama terhadap teman kecilnya dan pidah dari Hiroshima ke Kure. 

Hidup dengan keluarga sang suami, Urano harus menjalankan tugas yang tidak mudah sebagai menantu perempuan keluarga tersebut, mulai dari mengurus rumah tangga sampai turut mengolah lahan pertanian. Urano juga harus berhadapan dengan kakak iparnya yang selalu bersikap keras, yang ikut tinggal di rumah tersebut setelah ditinggal mati suaminya.

Di saat-saat itu Urano harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan keluarganya karena harga sembako yang melonjak dan jumlah yang dapat dibeli dijatah oleh pemerintah. Ia juga harus mengikuti program-program pemerintah untuk mendukung perang. Saat itu, tiap lingkungan masyarakat dibentuk semacam komunitas untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi perang. 

Mulai dari setiap warga diajari apa yang harus dilakukan jika terjadi serangan udara, memasak di dapur darurat untuk dibagi-bagikan karena stok sembako yang makin menipis, membuat bunker perlindungan, meyakinkan warga yang lain untuk melepas anggota keluarganya berperang, sampai mengantar warga lain yang akan berangkat berperang. Orang yang akan berperang diperlakukan bak pahlawan, meskipun dari matanya terlihat sangat terpaksa. Saat itu pula cinta Urano pada suaminya mulai tumbuh.  

Dari sini kita bisa melihat gotong-royong ala Jepang, mulai dari lingkup keluarga sampai masyarakat. Kita bisa melihat bagaimana depresinya masyarakat Jepang kala itu, menghadapi sulitnya mendapatkan makanan, menghadapi serangan udara tiap malam, sampai kehilangan orang tercinta tepat di depan mata. Puncaknya terjadi tanggal 6 Agustus, ketika bom bernama Little Boy diledakkan di Hiroshima, tempat kediaman ayah dan ibu Urano. Hiroshima luluh lantak. 

Rakyat Jepang awalnya cukup percaya diri bahwa apa yang ia dan orang lain lakukan akan membawa Jepang pada kemenangan, mereka tak percaya pada kekalahan. Maka tak heran saat Kaisar Showa akhirnya mengumumkan kekalahan Jepang, Urano juga mengalami kesedihan yang luar biasa mengingat pengorbanannya sia-sia. Bagaimana masyarakat Jepang akhirnya bangkit dari keterpurukan juga patut kita tiru. Urano akhirnya menemukan alasan untuk tetap bertahan dan bangkit di tengah kedatangan tentara Amerika, bersama suami dan keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun