[caption id="attachment_270754" align="aligncenter" width="300" caption="gambar : www.hadirentcar.com"][/caption]
Mudik adalah tradisi rakyat Indonesia menjelang Lebaran. Tradisi sendiri dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Mudik semakin menjadi fenomena ketika kebijakan pemerintah lebih terfokus pada pembangunan kota besar dari pada pedesaan, sehingga meningkatkan jumlah urbanisasi yang menyebabkan tradisi mudik semakin banyak pesertanya.
Negara Indonesia yang mayoritas rakyatnya adalah beragama Islam, memanfaatkan momen lebaran sebagai momentum untuk saling bermaafan, silaturahmi dan kumpul dengan keluarga besar. Oleh karena itu mereka yang berada diluar kota berbondong-bondong untuk pulang kampung agar bisa berkumpul dengan keluarga pada waktu lebaran.
Mudik yang tujuan awalnya adalah agar bisa berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarga besar dalam menjalankan hari raya Idul Fitri, hari raya kemenangan umat islam ini, semakin tahun semakin bergeser tujuannya. Tidak sedikit orang yang bekerja di kota besar selama setahun penuh mengumpulkan uanghanya dengan tujuan agar pada lebaran nantinya bisa pulang/mudik. Karena selama dikampung pasti akan bertemu dan berjumpa dengan saudara dan kawan-kawan yang merupakan sebagian besar juga bekerja di kota besar lain. Maka disinilah secara diam-diam terjadi persaingan mengenai kesuksesan, tentu saja semua kesuksesan itu diukur dari banyaknya materi yang bisa dikumpulkan.
Maka janganlah heran pada waktu lebaran dikota kecil akan berseliweran mobil dengan plat nomor dari kota besar atau luar kota. Selain itu juga motor-motor keluaran terbaru banyak berlalu lalang, sehingga kota kecil atau kampung yang biasanya jalannya lengang itu selama lebaran menjadi macet, sementara kota-kota besar yang sehari hari terkena macet malah kosong melompong jalan rayanya, bisa buat main bola anak-anak.
Bisa dikatakan mereka yang mudik adalah mereka yang sudah ‘punya nyali’. Mereka sudah siap mental untuk berkompetisi dengan teman-teman dan saudara sesama pemudik lain dalam hal adu ‘kesuksesan’.
Bahkan seorang teman pernah memberi nasehat untuk mensiasati adu gengsi di kampung ini selama mudik. Pertama adalah apabila kita mudik dengan tidak menggunakan mobil/kendaraan sendiri sebaiknya ketika berada di kampung kita memakai perhiasan yang sedikit mencolok.
Dan nasehat yang kedua adalah sebaiknya memang kalau pulang mudik sekeluarga kalau bisa menggunakan mobil sendiri, karena selain lebih praktis juga menghindari berdesak-desakan di terminal atau stasiun apalagi kita juga membawa anak-anak yang masih kecil. Bagaimana kalau tidak punya mobil? Untuk mensiasatinya, saat ini kan sudah banyak rental mobil, kalau memang dana mencukupi sebaiknya bisa menyewa mobil untuk mudik. Karena dengan membawa keluarga dan bekal bawaan yang cukup banyak, mudik dengan mobil sewaan bisa-bisa jatuhnya lebih murah dari pada dengan naik bus atau kereta.
Selain itu selama di kampung ‘status’ kita akan lebih terangkat bila pulang dengan memakai mobil sendiri. Masih menurut nasehat teman saya, dengan membawa mobil orang-orang sudah tidak memperhatikan perhiasan apa saja yang melekat di badan kita hehehehhe
Semoga saja kita bisa terhindar dari riya’ dan pamer kesuksesan selama mudik di kampung, amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H