Mohon tunggu...
Arsyi Pamma
Arsyi Pamma Mohon Tunggu... profesional -

Scuba Diver\r\nBlogger di wordpress.com\r\BEI trader

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wakatobi Surga Para Diver

6 April 2014   18:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:00 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Wakatobi sudah mulai dikenal sejak Nadine Chandra Winata, diangkat sebagai duta Wakatobi oleh bupati wakatobi, Hugua, Wakatobi adalah singkatan dari beberapa gugusan pulau besar, Wangi-Wangi ,Kaledupa, Tomia dan Binongko. Pulau ini berbatasan antara laut Banda dan selatan laut Flores.

Keinginan menyelami laut wakatobi dimulai dari cerita beberapa orang teman yang sudah berkunjung kesana. Rasa penasaran saat melihat Nadine dalam sebuah tayangan televisi swasta, melayang diantara balik karang warna warni, ikan-ikan barracuda, schooling fish, bergerombol melintas dibalik siluet cahaya matahari menembus air wakatobi yang bening bak kristal. Seorang rekan bernama Seto Ariyadi yang menekuni bisnis wisata bawah laut, adalah diver yang sekaligus punya keahlian underwater fotography mengabadikan banyak foto-foto yang kemudian di share melalui instagram 'wakatobi dive trip' atau social media lain seperti facebook atau sekedar menandai (tag) dokumentasi  tamu-tamu yang meminta fotonya dibagikan melalui saluran social media.

Akhirnya keinginan itu tercapai setelah tiga orang teman mengajak untuk melakukan penyelaman di wakatobi, berangkat dari kota Kendari, naik kapal laut selama 8 jam perjalanan menuju Wangi-wangi.

Saat pertama kali tiba di Wakatobi, seorang Guide sekaligus instruktur penyelaman selama kami di wakatobi Seto Ariyadi menjemput kami di Pelabuhan Wanci, Ibukota Kabupaten Wakatobi. saya datang bersama tiga orang teman yang juga diver sebenarnya sudah tidak sabar untuk langsung ingin menyelam, karena perjalanan kami melalui laut memakan waktu cukup lama, Mas seto menganjurkan kami untuk beristirahat lebih dulu, jadwal dive dimulai esok harinya.

13967558231355800460
13967558231355800460

Setelah Sarapan kami lalu dijemput untuk bergabung dengan tamu lain yang juga ingin menyelam sambil menyiapkan peralatan penyelaman, kami hanya membawa peralatan standar ke wakatobi, pasalnya Mas Seto sudah menyiapkan, yah lumayan mengurangi beban perjalanan. Spot pertama adalah yang terdekat dari tempat kami menginap, namanya Sombu Jetty, sebuah dermaga berstruktur beton membentang lurus mendekati titik penyelaman, jadi di spot ini kita tidak perlu menggunakan kapal. Di bibir dermaga itulah kami melakukan briefing, instruktur Seto mendeskripsikan dengan singkat tentang struktur terumbu karang, jenis-jenis spesies unik, jenis coral dan tumbuhan yang akan kita temui dibalik wall, Entry point, kecepatan arus di beberapa tempat serta dimana exit pointnya. Penjelasan singkat itu cukup bagi penyelam yang sudah mengantongi lisensi diving dan akhirnya setelah mengecek kembali dive gear yang terpasang, kami mulai turun satu persatu melalui tangga yang tersedia disisi kanan ujung jetty.

13967555351679056995
13967555351679056995

airnya yang bening membangkitkan gairah, bahwa kita berada ditengah aquarium raksasa. satu persatu menghilang dari permukaan, BCD atau Bouyonce Compensator Device serupa rompi mengeluarkan gelembung-gelembung oksigen agar gravitasi menarik kita turun lebih dalam.

waauww adalah kata yang ingin terlontar tapi tersumbat oleh octopus yang melekat di mulut, kami hanya saling melempar kode dalam bahasa tubuh seperti ingin bercakap-cakap dibawah sana. keindahan bawah laut wakatobi memang indah dan para diver menyebutnya paradise atau surga.

bergerak lamban, melayang dan "menari" sunyi tapi semarak dengan keragaman biota, tidak jauh dari jarak kami sekumpulan bule dari agen trip yang berbeda terlihat mengeluarkan gelembung nitrogen dari balik punggungnya. owh ternyata bukan hanya kami di spot ini yang sedang menjelajah, mereka turun satu persatu dari sebuah boat putih milik sebuah resort di wakatobi. kami sempat berdekatan jarak disebuah fara-fara (istilah lokal sekumpulan bilah bambu yang dianyam, bekas tempat upacara 17 agustusan underwater pada saat Sail Wakatobi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun