Mohon tunggu...
Arsyatul Nikma
Arsyatul Nikma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Public health student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kenalan dengan Media Promosi Kesehatan di Salah Satu Poliklinik Kota Apel, yuk!

23 Maret 2023   16:08 Diperbarui: 23 Maret 2023   17:25 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Promosi kesehatan atau yang sebelumnya disebut dengan istilah pendidikan kesehatan dikenalkan oleh WHO ke publik secara resmi pada Konferensi International Health Promotion di Ottawa tahun 1986. Promosi kesehatan didefinisikan sebagai sebuah proses yang memungkinkan bagi seseorang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan disertai kegiatan pemberdayaan masyarakat (Nurmala, 2018). Dalam pelaksanaannya, promosi kesehatan harus diperkuat dengan media yang tepat agar informasi kesehatan dapat tersampaikan secara luas dan efektif. Dengan begitu, masyarakat mampu menerapkan nilai-nilai kesehatan yang terkandung dalam media tersebut guna mencegah munculnya masalah kesehatan atau penyakit.

Lalu, media promosi kesehatan itu yang bagaimana dan seperti apa? 

Media promosi kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga; audio, visual, dan audio-visual. Sedangkan untuk medianya sendiri dibedakan menjadi media cetak, berupa poster, flyer, rubrik, dan foto. Media elektronik yang di dalamnya meliputi televisi, smartphone, dan internet (social media) seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan WhatsApp. Serta media papan atau billboard. Media promosi kesehatan dapat dijumpai di berbagai ruang dan sarana publik, salah satunya adalah fasilitas pelayanan kesehatan berupa poliklinik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), poliklinik adalah balai pengobatan umum (tidak untuk perawatan atau pasien menginap).  

Melalui observasi terhadap media promosi kesehatan pada tanggal 3 Maret 2023 di salah satu poliklinik di sebuah universitas di kota yang terkenal dengan buah apelnya; Kota Malang, ada tiga media cetak promosi kesehatan yang masuk ke dalam kategori visual dengan bahan dan fokus bahasan yang berbeda.

Pertama, media promosi kesehatan berupa poster 'Tata Cara Cuci Tangan yang Benar' dengan ukuran 21 cm x 33 cm atau setara dengan kertas f4 dipasang pada tempat yang strategis yaitu berada di dekat area pintu masuk poliklinik tepatnya di atas wastafel.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kedua, media ini berbahan akrilik berukuran 30 cm x 20 cm dengan tulisan 'Buanglah Sampah pada Tempatnya!' disertai ilustrasi gambar orang membuang sampah ke dalam tong sampah. Media ini dipasang di bagian belakang gedung poliklinik sehingga kurang terlihat oleh pengunjung. Sesuai dengan kalimat yang termuat pada media tersebut, media ini bertujuan untuk mengedukasi pengunjung poliklinik untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ketiga, sama seperti media sebelumnya, media promosi kesehatan ini dipasang di bagian belakang gedung poliklinik dan berbahan akrilik dengan simbol yang dapat dilihat pada gambar di bawah, namun dengan ukuran yang lebih kecil, yakni 15 cm x 30 cm (landscape) bertuliskan 'No Smoking Area' yang mengandung makna dilarang merokok di kawasan poliklinik terkait.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dari ketiga media promosi kesehatan di atas, terdapat beberapa hal yang dapat diulas:

  • Pertama, pada media promosi kesehatan poster 'Tata Cara Cuci Tangan yang Benar' sudah dipasang pada tempat yang sesuai; dekat pintu masuk tepat di atas wastafel sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh pengunjung. Kalimat yang disajikan mudah dipahami dan tidak menimbulkan multitafsir. Penambahan gambar pada tiap step mencuci tangan dapat membantu pemahaman masyarakat awam. Poster yang ada dilaminating dengan baik sehingga mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh cipratan air. Dari segi ukuran yang telah dipaparkan sebelumnya juga sudah memadai dalam artian tidak terlalu besar maupun kecil karena memang dikhususkan sebagai panduan mencuci tangan di wastafel yang berada tepat di bawah poster. Namun, akan lebih baik lagi jika poster tersebut dipoles dengan warna sehingga tidak terkesan monoton dan dapat menjangkau seluruh kalangan usia, termasuk anak-anak yang diharapkan akan tertarik mengikuti tata cara sesuai gambar yang tertera.
  • Kedua, media promosi kesehatan selanjutnya berbahan akrilik yang mempunyai sifat ringan, tahan lama, dan tidak mudah rusak. Design medianya pun minimalis disertai penggunaan ilustrasi dan huruf kapital sehingga memberikan kesan tegas pada makna yang hendak disampaikan. Kalimat yang digunakan singkat, padat, dan jelas; "Buanglah Sampah pada Tempatnya!". Sayangnya, ukuran media terlalu kecil sehingga tidak nampak jika dilihat dari sudut gedung meskipun poliklinik ini tidak begitu besar dan hanya memiliki satu lantai.
  • Ketiga, media promosi kesehatan yang terakhir juga berbahan akrilik sehingga memiliki keunggulan yang sama dengan media promosi kesehatan sebelumnya. Meskipun media Promkes ketiga menggunakan Bahasa Inggris; "No Smoking Area", tetapi tidak mengurangi esensi dari pesan yang ingin disampaikan karena adanya penambahan ilustrasi yang dapat memperjelas makna dari media tersebut. Perlu diketahui bahwa media kedua dan ketiga dipasang berdampingan di bagian belakang gedung, sehingga kurang bisa dijangkau oleh pandangan pengunjung dan tentu saja menghambat proses penyampaian informasi kesehatan yang ada.

Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi kesehatan bersifat menginformasikan, mempengaruhi, dan membantu masyarakat agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal.

Selain itu, terdapat berbagai jenis media promosi kesehatan yang dapat digunakan untuk mengedukasi masyarakat. Penggunaan bahan, kalimat, design, dan tempat pemasangan media sangat mempengaruhi seberapa jauh pesan tersebut akan tersampaikan ke masyarakat. Media yang berbahan akrilik cenderung lebih ekonomis dan unggul dalam segi umur atau dapat dikatakan lebih tahan lama daripada media berbahan kertas (poster). Akan tetapi, jika dilihat dari segi harga, media poster dari kertas sudah jelas jauh lebih terjangkau.

Daftar referensi: Nurmala, I., et.al., 2018. Promosi Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun