"Seorang penulis profesional berlatih dengan teknik yang keliru, terkalahkan oleh penulis amatiran yang berlatih dengan teknik yang benar"
(Muhammad Armand)
***
Menulis itu, sasana latihan seumur hidup! Anda penulis profesional ataukah amatiran, sederajat kedudukannya dalam teori latihan dan aksioma pembelajaran. Lantas apa gerangan yang wajib dilatihankan? Apa hanya terfokus pada latihan menulis? Itu tak efektif! Sebab menulis itu akhir dari perjalanan proses kreatif, ia sudah berwujud fisikal, dia gagasan dari se-kafilah ide.
Pemicunya hendak dilecutkan, dilatihkan, dipelajari, ditelisik hingga Kompasianer Makassar ini, rekomendasikan 'latihan terselubung' dalam proses penulisan. Firasatku, tawaran sederhana ini sanggup menggedor kemampuan Anda dalam menulis, memuaskan unsur psikologik akan diri sendiri, sebab seorang yang gemar menulis yang tulisannya terkatung-katung adalah 'bencana'.
Bacalah sobat!
Tulisan lama
Simak-simaklah kembali tulisan lama kita di Kompasiana ini, kritisi dengan cermat, sisi yang mana yang masih belum kuat. Tepatkah judulnya? Apakah judul itu -menurutmu- telah menarik perhatian pembaca? Seandainya Anda menggunakan judul yang lebih memikat, maka potensi tulisan itu meraup pembaca lebih banyak akan terjadi. Mungkin Anda berasumsi seperti itu. Bukankah judul butuh penguatan? Tidakkah lebih baik bila judul itu tegas, indah dan kokoh?
Kata orang, judul adalah segalanya. Kata orang -lagi- judul tak penting, yang penting itu isi tulisan. Keduanya benar, namun bukankah lebih elegan bila judul dan isi, sama pentingnya? Oho, saya penganut ini. Bila demikian, maka berlatihnya meramu judul dengan gigih.
Contoh, judul pertama: Teknik Menulis di Kompasiana. Judul kedua: Trik Jitu Menulis di Kompasiana. Lihatlah perbedaan rasanya, perhatikanlah unsur bahasanya walau kedua judul itu, tujuannya sama. Keduanya mengajak pembaca untuk mengikuti referensi penulisnya.
Judul kedua, jelas sekali fungsi aplikatifnya, sedang judul pertama beraroma teoritik. Dan secara psikologik, kita cenderung memilih judul yang kedua. Sepakat?