Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Teman Kerja Anda Iri? Ini Cara Menghadapinya!

26 Maret 2015   12:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:59 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1427343662331370920

[caption id="attachment_405431" align="aligncenter" width="300" caption="wanitainspiratif.blogspot.com"][/caption]

Mantan 'pacarku' sedang tak enjoy, di kantornya sedang terjadi 'badai ringan', tentang iri hati. Mengadulah ia padaku tentang prestasinya sekaligus mengeluh akan irinya seseorang kepadanya. Inilah fakta alamiah manusia, di segala ruang kehidupan dan aktifitas, termasuk di bilik-bilik dunia kerja. Bahkanpun dalam zona tulis-menulis atau kewartawanan, tiada luput dari perkara-perkara iri dan cemburu. Soal iri hati itu, telah menjadi momok dan 'genre' penyakit degeneratif -semacam tumor- mengancam konsentrasi dalam bekerja. Tumor ini teramat serius untuk dijinakkan.  Ini pulalah, sikon psikologik yang tak nyaman bila dunia kerja dinodai akan hadirnya taste iri hati oleh 1-2 orang atas prestasi kita.

Lewat aliran artikelku ini, penulis hendak tawarkan solusi dari tilikan psikologik. Sungguh tiada maksud menggurui, mengajari atau semacamnya. Ini murni keinginan dalam berbagi terhadap sesama. Maka simak-cernalah seksama tulisan Kompasianer Makassar ini, seperti berikut:

Pahami Si Tukang Iri

Anda bukanlah bekerja secara amatiran, orientasi Anda adalah achievement. Itu 'hak patent' dan trade mark dari sebuah perusahaan profesional pula. Tetapi jangan pernah menutup mata juga bahwa setiap perusahaan/kantor yang kita tempati bekerja dan berinteraksi. Maka senantiasa hadir bawaan-bawaan negatif dari sesama tim kerja. Jangan sangkakan bila si tukang iri itu enak! Itu penyakit! Sungguh sebuah penyakit kejiwaan. Kepada yang menjadi obyek keirian rekan kerja, pahamilah secara personal bahwa sikap iri di tempat kerja bukanlah cerminan dari seorang profesional. Anda yang sedang bulan-bulanan keirian -selama Anda memang di jalur profesioanl, bukan di area non profesional, semisal affair atau kedekatan secara pribadi- Anda sangatlah beruntung, laba dan bravo. Sebab ada hala di diri Anda yang patut diirikan, dicemburui.

Iri itu refleksi nyata atas disability-nya seseorang, ada potret ketidakmampuan di sana, sulit baginya menyamai Anda. Itulah yang sedang melilit perasaan si tukang iri, agak rumit untuk disembuhkan. Orang sejenis ini, tiada perlu dihindari. Baik-baiki saja, kenapa? Sebab orang ini miliki potensi besar untuk mencelakakan Anda. Ingat sifat iri-cemburu-dendam-dengki-buruk sangka, Kumpulan sifat-sifat negatif  ini, satu paket, satu gerbong, satu komunitas. Sifat-sifat ini amatlah kuat, berdiri dan keras. Alot sungguh untuk mengeliminir sifat-sifat buruk ini. Sifat ini tergolong sifat anti sosial, anti produktifitas dan anti kemapanan.

Jadi cobalah dengan bersungguh-sungguh untuk menyelami jiwa mereka yang sedang terpuruk dan terjerembab akan ketidakkuasaannya, ketidakmampuannya dalam bekerja secara profesional. Sudut lain, orang-orang serupa ini, minim kreatifitas dalam bekerja. Ia profesional dalam area iri-cemburu tapi betapa amatiran dalam soal pencapaian kerja atau performance dalam bekerja.

Koreksi Diri Sendiri

Okelah dari sudut prestasi kerja, Anda dipublikasi oleh atasan dalam sebuah meeting dan evaluasi kinerja-prestasi karyawan/karyawati. Nah, satu hal yang kerap terjadi, seseorang yang dijempoli dalam sebuah rapat internal, yang bersangkutan begitu mudahnya terbawa arus emosional hingga ia larut dalam parade puja-puji hingga tak terasa, muncullah perasaan sombong-angkuh. Itu manusiawi, bila hanya terbawa sikon sesaat. Stabilkan kembali sikon yang melebihi ambang batas kejiwaan, sebab banyak orang lain yang wajib dijaga perasaannya. Anda harus jeli mencermati ini, bila seumpama diminta untuk menyampaikan sepatah dua kata atas prestasi tersebut, kalimat kunci yang Anda wajib utamakan adalah: "Sukses ini, bukanlah sukses pribadi saya. Ini berkat solidnya tim kerja dan saya terpacu oleh motivasi kawan-kawan, di sini". Ucapkan ini sembari menatap ringan dan smart kepada kawan-kawan se tim itu. Bila perlu, anggukkan kepala mendekati dagu, bukti bahwa memang Anda bukan siapa-siapa tanpa teman-teman.

Berikutnya, jelajahi personal Anda. Jangan menelpon atau menerima telpon bila memang itu tak penting! Kenapa? Karena perseptual sedang aktif-aktifnya menuju ke diri Anda, setiap pasang mata mengamati gerak-gerik Anda, jangan sampai tercetus letupan emosional ringan dari rekan kerja Anda, hingga terartikulasikan kata-kata (baik terang-terangan maupun di dalam hati): "Akh, over acting!".

Jangan Merasa Korban

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun