[caption id="attachment_363874" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
"Marah itu gampang. Tapi marah kepada siapa, dengan kadar kemarahan yang pas, pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar itu yang sulit"
(Aristoteles)
* * *
TUHAN itu FAIR. Tak meratakan hamba-Nya untuk seluruhnya jadi kaya, tampan dan cantik. Namun DIA anugerahkanmu 1001 rupa emosi tanpa diskriminatif. Terurailah fasilitas emosi itu berlabel marah, getirnya kecewa, pahitnya patah hati, berseri-serinya jatuh cinta, onde mande enaknyo gembira, asyiknya senang, buruknya muak, ora mudhengnya bosan, kacaunya galau, dan seterusnya. Begitu indah kreasi Tuhan, menautkan Gejala Emosi itu pada setiap insan, menambatkan pernak-pernik emosi di bilik perasaan, di tiap sukma, di tiap jiwa, jiwa yang hidup (Sebab, Yang T'lah Berpulang, infrastruktur emosi itu, telah dicabut, dikosongkan, ditiadakan).
Siapakah Engkau?
Anda dipastikan terhambat dalam perkara interaksi dengan nyaman tanpa menemu-kenali warna-warni kejiwaan Anda. Anda wajib membuat list karakter itu! Itu konsep dasar dalam merangkai aktifitas pergaulan. Kenapa? Sebab di catatan 'karakter mendalam' itu, dijejali gelombang elektromagnetik jiwa di sana. Jiwa itu bergelombang, memiliki arus, punya energi untuk take and give stimulan ekternal-internal. Tarulah Anda telah sukses membuat kategori pembawaan Anda: pemarah, mudah menyerah, tukang malu, tak sabaran, cemburuan, sedikit angkuh, ngomong sak enake dhewe.
Akui saja bahwa sifat-sifat negatif itu (bukan buruk, red), rawan untuk dibawa-bawa. Maka, penting bingit Anda mengendalikannya, melunakkannya, menjinakkannya bukan melenyapkannya. Sebab, tiada sifat yang bisa dilenyapkan. Sifat itu: positif-negatif, ia butuh shockbreaker, gunanya untuk menjaga dan merawat keseimbangan dan dinamika kejiwaan serta margin hidup Anda. Tiada sifat yang salah kecuali berlebihan. Sebab lagi, segala yang berlebihan, cenderung tak baik.
Latih dan Ujilah!
Jangan sangkakan bahwa 'hanya' menulis di Kompasiana membutuhkan latihan dan ujian! Marahpun harus 'dilatih' dan diuji. Bila saja Anda masih demen ngoceh di jalan raya akibat knalpot motor meraung-raung, maka Anda masih tergolong manusia pemarah. Besok, coba lagi. Masih gagal? Coba lagi hingga akhirnya, tabiat pengendara motor yang doyan membisingkan jalan raya, Anda anggap normal, dan itu perkara sangat lumrah di tanah air. Itu orkestra transportasi kita. Katakan saja, bahwa anak muda bergemuruh knalpot motornya adalah cerminan masa mudaku, akupun pernah begitu.
***