Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Selamat Ulang Tahun, Ya Muhammad

14 Januari 2014   15:18 Diperbarui: 11 Februari 2016   18:02 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389685445833844171

[caption id="attachment_315723" align="aligncenter" width="300" caption="www.ikasman1garut.com"][/caption]

Muhammad itu contoh yang payah. Diludahi tiap hari, saat lewati depan sebuah rumah seorang Quraisy. Ini tiap hari loh. Hemmmm, jika aku yang diludahi sekali saja. Kubayar cash kekurangajaran orang itu dengan ketupat Mandar alias bogem mentah. Ini kok Muhammad konsisten melewati rumah Quraisy itu, setiap menuju dan pulang dari masjid. Quraisy itu juga konsisten meludahi Muhammad. Wah, ini sepertinya 'kesepakatan' antara penerima ludah dan sang pemberi ludah.

Seolah Muhammad berkata: "Aku akan lewat, ludahi aku lagi yah". Ini sebuah tontonan yang menggelikan, ya mbok pilih alternatiflah wahai Muhammad. Jangan lewat di jalan yang sama!. lha tetap juga lewat di depan rumah Quraisy itu. Pantaslah jadi pelanggan air liur Sang Quraisy itu. Lagian, sehari saja Muhammad absen, Sang Quraisy akan bertanya-tanya: "Ke mana ya Muhammad itu. Kok gak nongol seharian? Padahal ludahku ini sudah kusiapkan untuknya. Asyik ludahi Muhammad yang malas marah-marah".

Namun apa yang terjadi, Muhammad yang setia lewat di jalan itu, malah bertanya-tanya: "Ke mana Quraisy itu. Kok, gak ada dia yang ludahin aku hari ini?" Kisah berlanjut, sang peludah jatuh sakit. Dan Muhammad menjenguknya. Aneh, ini lagi-lagi contoh gawat. Andaikan aku Muhammad, aku akan menggerutu: "Rasain loe, sakit loe, dosa loe ame gue".

Tapi ini gak dilakukan Muhammad, malah membezuknya. Berharap kesembuhan. Aduh, hati siapa yang tak gemetar mendapat perlakuan laksana air tuba dibalas air susu?

Kisah ini sudah cukup menghantar penulis untuk selalu berbuat baik, menyerang dengan kebaikan, berwawasan kebaikan atas wawasan kejahatan orang lain.

* * *

"Tunggu dulu, jangan lanjutkan tulisanmu di Kompasiana", pinta seorang santri padaku

"Memang kenapa?

"Ah, Anda ini angkuh sekali. Anda membuat judul menyebut langsung nama Muhammad. Bubuhi kata nabi dong! Nabi Muhammad SAW begitu"

"Lha, saya ucapkan syahadat tidak pakai Nabi Muhammad kok. Nih, aku bersaksi bahwa Muhammad itu pesuruh-Allah. Gak pake nabi, bukan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun