Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

RSBI: Potret Pengastaan Pendidikan di Indonesia

2 Juli 2012   05:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:21 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1341129513574094028

Halo sobat. EURO 2012 telah klar. Pertarungan sudah berakhir. Sekarang kita lanjutkan 'pertarungan' konsep di zona RSBI. RSBI ini mendapat cibiran yang luar biasa dari masyarakat.

Oh iya, Wakil Rektor III Universitas Hasanuddin tawarkan putri saya ke RSBI yang beliau kelola. Saya jawab: "Terima kasih, Pak". Tawaran ini pastilah bukan tawaran biasa, saya meyakini ini adalah permintaan, sekali lagi bukan sekadar tawaran. Sayapun paham, banyak anak dosen Unhas di RSBI itu, lokasinyapun di kompleks perumahan dosen. Tetapi, ini tetapi yah. Soal sekolah, saya serahkan kepada anak saya. Bukan saya yang memutuskan, saya hanya mensupport atas sekolah apa yang dia mau pilih. Dan ternyata putriku enggan memilih RSBI.

"Oh iya Pak. Ada temanku, anaknya mau masuk RSBI", bujukku ke Warek III Unhas "Bapaknya kerja dimana?", tanyanya "Bapaknya kerja di....", (saya menyebut pekerjaan sang bapak itu) "Aduh...., ada yang lain bos?"

* * *

Saya tak sanggup kendalikan artikel ini. So, maafkan saya jika di kemudiannya menggelisahkan. Tapi saya kok ngotot banget untuk berpendapat. Hahaha.

Dalam Bab XIV pasal 50 ayat 3 Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pemerintah daerah harus mengembangkan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan menjadi bertaraf internasional. Nah ini dasar yuridisnya loh.

[caption id="attachment_198167" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustasi: kompas.com. Tuh anak-anak orang kaya...!"][/caption] Sejak RSBI hadir, tak ada baik-baiknya. Sindiran pedas meluncur: "RSBI itu, kastanisasi pendidikan". "RSBI, sekolahnya anak orang kaya" "RSBI, simbol doang internasional, mental tetap Melayu" "RSBI, itu kan proyek" "RSBI itu kebarat-baratan" "RSBI memakai manajemen KAPAL KERUK, cari keuntungan materi"

Duh, saya kok ngeri dengan respon super negatif ini. Kritik terbesar adalah soal Si Kaya dan Si Miskin?. Sabar aja dulu kawan, begitu yakinnya saya kalau RSBI ini, ceoat atau lembat akan merakyat. Sebab RSBI ini adalah kebutuhan primer di area pendidikan nasional.

RSBI ini sebagai jawaban atas doyannya rakyat Indonesia membanding-bandingkan sekolah LN dengan Dalam Negeri. Ini sebuah 'rintisan' yang sangat bagus -peningkatan mutu pendidikan- untuk kita. Walau school fee nya mencapai puluhan juta.  Rela tak rela, kita menuju ke sana.

Tak Bergaransi

Banyak sudah tanggapan miris kepada RSBI ini, katanya tidak signifikan antara kehadiran RSBI dengan kelulusan di ajang Ujian Nasional. Lha, adakah sekolah yang menjamin kelulusan murid-muridnya di UN?. Yang dijalankan dalam setiap penyelenggaraan pendidikan adalah proses pembelajaran kok. Soal lulus atau gagalnya seorang murid di UN, itu adalah konsekuensi logis dan multi faktor yang mempengaruhinya. Yang ingin menyekolahkan putra-putrinya, salahlah jika berorientasi pada kelulusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun