Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Punya Keluarga Gak?

12 Februari 2015   16:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_396341" align="aligncenter" width="407" caption="sahabat-wanita.com"][/caption]

Penulis: Muhammad Armand

Kuajak dia untuk lawan semua orang yang mengolok-oloknya. Dia kok gak nanggapin ajakanku, nyatanya aku bermaksud baik padanya agar orang gak menghina-hina dia lagi. Kutegaskan padanya, diam dan sabar itu beda bos. Ayo lawan! Ah penakut nih orang! Kuprovokasi lagi. Anak Celebes kok gitu! Payah! Hemmm, aku hanya sukses buat dia bertanya: "Untuk apa?".

Kusergap tanyanya dengan desingan kalimat: "Eh, kamu itu manusia juga. Punya harkat, harga diri. Melawan itu manusiawi. Kamu gak boleh biarkan orang lain menghardikmu dengan kata-kata sarkas, lihat saya dong, setiap orang yang ejek-ejek, saya langsung labrak balik. Persetan, dia yang mulai kok. Hidup harus punya hitung-hitungan bos, orang jahati kita, yah balikin!"

Hemmm, nampaknya dia mulai terayu dengan hasutanku. Dia pasti akan melakukan pembalasan dahsyat kepada orang yang telah merendah-rendahkannya.

Yang ejek-ejek aku itu, punya keluarga gak?, tanyanya
Hahaha, mana ada manusia gak punya keluarga!
Apa istrinya terima kalau saya berantem suaminya?
Ya gak terimalah!
Apa anaknya terima bila saya ribut dengannya?
Ya gaklah!
Ayah ibunya terima gak?
Pasti gak, malah malu

--------

Aku diam, dia diam, sejenak. Lalu ia dengan datar berkata seperti ini:

Itulah alasanku, mengapa saya tak doyan membalas orang-orang yang merendahkanku. Lagian saat mereka mengejekku, mereka dalam kedudukan tak seimbang, tak stabil, belum normal. Orang dalam posisi normal gak mungkin menghina. Yang terpenting lagi, saya tak memandang orang yang menghinaku tapi saya pandang anaknya, ayahnya, ibunya, suaminya atau istrinya, pamannya, bibinya, sepupunya bahkan neneknya.

------

Ujaran Wong Celebes itu, sukses buatku beranjak dari rumahnya, malah tak pamit, aku pergi begitu saja sambil ingat-ingat keluarga orang yang pernah berantem denganku. Ada sesal di hatiku, mengapa kulakukan itu? Mengapa? Mengapa? Bodoh!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun