Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tiada Sungai di Hatimu

7 April 2016   12:44 Diperbarui: 7 Maret 2017   12:00 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="terangku blogspot.com"][/caption]

Kukisahkan tentangku ini
Yang berpayung sembur-terik matahari
Di rintih kota-kota menangis
Dijalari keluh sendat rem-mesin-knalpot

Adalah kota, lengan ketenanganku diseret-seret
Dibawanya aku ke bejana dekilnya sang kota
Lalu ia mendarahinya dengan rupa-rupa keasingan
Dan kupandangi semua orang, asinglah bagiku

Kutiada suka dengan segala ini
Kota telah merenggut segalanya
Tipis harapku kepada Tuan Kota
Mengembalikanku seperti semula

Di sebuah jembatan yang setengah meraung
Yang tak usai-usai usia perbaikannya
Oleh perkara-perkara batu-semen-besi-pancang
Yang tak kupaham-paham muasal perkaranya

Kuburuk sangka lagi
Bila semen-semen sedang diaduk-aduk di usus penguasa
Sedang pancang-pancang jembatan ditaruh pada saku pengusaha
Kesemutanlah pikiranku akan semuanya

Kutoleh orang-orang di depanku, jua belakangku
Kian semarak marah-marahnya
Kepada siapa saja yang mereka tak suka
Tergolong jugalah engkau ini

Lalu kutatap seorang si miskin papah
Tersipu senyum tersibak
Kugumamkanlah bila ia miliki sungai sejuk
Di hatinya

Sedang sang bukan miskin papah
Jua sang punya kekuatan dan kuasa, pintar pula
Serupaku juga, ilmuan (kabarnya) tak lagi mempunyai hati
Apatah lagi mau bilang punya sungai

Kota telah melahirkanku yang berkali-kali
Dengan wujud rupa tiada nyaman dipandangi
Sesungguhnya lagi, aku ini telah menjelma kota
Yang mengabdi sengsara batin bagi yang lain

Maka benarlah pesan sang ayah
Bila sengsara karena kota
Sering-seringlah membezuk sungai
Supaya tentram hatimu disemogakan

----------------
Makassar, 7 April 2016
@m_armand kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun