[caption caption="gussu.blogspot.com"][/caption]Pada perempuanku terkulai itu, ialah kekasihku
Lengannya itu, dulunya menggandeng lenganku
Dan juga membimbing cintaku
Lalu ia buat jiwaku
Pada perempuanku terkulai itu, ialah kekasihku
Sedahulu lengannya kuat-kuatan
Lengannya gendongan bayiku, dipeluknya
Berpeluh keringat, jua air mata kasih sayang
Pada perempuanku terkulai itu, ialah kekasihku
Yang bibirnya tak mengenal diam
Rewel-cerewet-ngomel
Di saban hari-malamnya
Auamannya itu semisal;
Jangan lupa makan
Hati-hati menyetir
Jangan larak-lirik perempuan di jalan raya
Tetapi kini ia tak mampu serupa itu lagi
Hingga aku lelaki berasa banyak yang raib
Karena engkau tak bawel lagi
Bawel oleh suruhan terulang-ulangmu
Kumalah sedih sekali, ada hal besar yang hilang
Jangan terkulai kekasihku
Pulihlah lagi seperti semula
Kurindu cerewetmu
Kukangen tawar-tawar kecutmu
Aku lelakimu
Berpandang semua peristiwa itu
Adalah ladang sabarku
Sungguh sabar itu bukan wilayah perempuan
Sabar itu milik lelaki dan suami
Pada lelaki...di tiap pagi-siang-sore-malam
Lelaki diberi peluang dalam kesabaran
Oleh rewelnya sang kekasih-istri-perempuan
Sayang, banyak kaumku
Tak pandai mengaduk-aduk sabar
Dalam cawan cinta perempuan
Lalu ia lelaki...
Meretakkannya-pecah-bertumpahan
Pada setiap perempuan
Adalah guru kesabaran
Pada lelaki
Yang pintar memintal arti
------------------
Makassar, 3 April 2016
@m_armand kompasiana