TERUSIK jua penulis akan aktifitas yang telah lama kubelakangi. Apa itu? Ya, bergelut dengan geliat, perilaku dan gesture PSK. Ini semua dikarenakan santer-sunter berita selebriti yang freelance/nyambi menjadi PSK papan super atas! Mau papan atas, papan menengah atau papan bawah, justrungnya hanya ada dua perkara: ekonomi dan hedonomi. Hihihi
[caption id="attachment_416734" align="aligncenter" width="300" caption="beritapsk.blogspot.com"][/caption]
Lalu kucoba untuk mengerti! Apa yang harus kumengerti? Dan apa yang harus kutahu dari mereka (PSK)? Lantas apakah kita latah akan alasan-alasan motif broken home? Tergadai pinjaman keluarga di kampung? Naif, sungguh! Tahukah kita bahwa yang menjebloskan mereka ke bui PSK adalah kaumnya sendiri yang akrab disebut mami. Mami ini super sadistik! Penulis terheran-heran saat di depan penulis, seorang mami menendang 'anak asuhnya' akibat lalai melayani si kaum berlawan jenis ataukah pelanggan ngomel-ngomel. Tahukah kita bahwa ngomel-ngomel ala pelanggan adalah trik klasik hingga bisa diskon tarif? Itu customer kere. Persis gaya seseorang yang pengen makan gratis di warung, lalu mangkok sayur dimasukkan kecoak. Apapun itu, PSK-lah setia menjadi korbannya.
Berpura-pura
Menjijikkan memang bila kuartikulasikan di sini, tetapi kuharus tuliskan. Ada 'dosa' informasi bila tak kusampaikan kepada pembaca. Berharap pembaca menjatuhkan mental calon pelanggan atau mantan pelanggan bahwa desahan erotis dari PSK hanyalah rekayasa, itu telah dilatihkan di ruang khusus pelatihan pelayanan pelanggan. Jangan pernah berpikir bahwa mereka suka berlama-lama berhubungan intim? Itu kerugian bagi mereka, rugi waktu dan rugi pemasukan akibat melambatnya tempo pelanggan dalam antrian.
Desah-desah itu telah diakali sedemikian eksotik, demi pelanggannya. Selanjutnya, mengapa mereka mabuk-mabukan saat berhubungan intim? Itu trik agar pelanggan memperlakukan PSK seperti 'boneka besar', sekehendak hati para pelanggan itu untuk berkreasi atas imaji-imajinya. PSK tak menikmati hubungan fisik itu karena tiada hadir pasokan psikologi-perasaan-cinta. Ia sadar bahwa semua ini hanyalah jualan. Servis pelanggan adalah hal penting.
Barang baru
Ini bahasa paling populer para mucikari: "Barang Baru!". Pandai sekali mami-mami membaca selera psikologik calon pelanggan. Seolah barang baru itu adalah kelas pemula. Padahal apa? Ini hasil mutasi dari daerah ke daerah, dari pulau ke pulau. Industri seks memang takkan pernah mengenal kata 'mati'. Siklusnya sangat jelas, tiada kata pensiun di sini, kecuali mati. Tak kenal pula mati langkah kecuali direnggut HIV/Aids. Jadi bukan soal legal atau illegal prostitution. Ini perkara mentalitas, mental yang enggan hidup wajar.
Barang baru, memang bahasa pengasihan yang amat laris di dunia prostitut. Segmennya juga jelas, jeratan pelanggan lama untuk tetap bisa hubungan bilateral antara camp pelacuran dengan orang luar. Itulah bravo-nya bisnis ini. Takkan digilas oleh zaman! Selalu bertumbuh dan berkembang, ibarat pedal gas dan rem. Rem hanya sekali-sekali berfungsi, namun gas tetap tertancap!
Punya pacar
Tunjukkan kepadaku seorang PSK saja yang tak punya pacar, maka akan kupaksa ia mengaku di depanku bahwa ia sesungguhnya berdusta. PSK memilik gaya hidup untuk tetap punya pacar sebagai close friend dalam mengadu derita, perlakuan dan kekasaran-kekasaran pelanggan. Uniknya, sang pacar memberi nasehat-nasehat agar sang PSK tetap berperilaku baik terhadap manajer, bos, mami dan pelanggan. Aneh bukan? Kembali penulis wanti-wanti bahwa tiada sedikit pacar-pacar PSK bertausiyah, memberi pencerahan agar mereka kembali ke jalan yang benar. Namun apa yang terjadi sodara-sodara? Justru pacar-pacar PSK terjebak jua, dan justru mereka ke jalan tak benar bersama pacar PSK-nya. Nah, hati-hati loh!