Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nakalnya Juru Kamera PLN

28 Juni 2012   07:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:27 2900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13408757091431117632

[caption id="attachment_197551" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Judulnya singkat begitu. Soft article ini minim manfaat. Kalau tak tertarik, stop baca. Bila tertantang rasa penasaran. Teruskan sajalah bacanya...!. Lagian ini hanyalah berita yang kerap terjadi kok. Sebuah penegasan peristiwa berulang dalam urus-mengurus penambahan daya listrik. Sentilan sentilun terhadap kelakuan petugas lapangan pencatat meteran yang berkamera digital itu. Shoot... jadi deh datanya. Ini yang saya maksud juru kamera PLN. Yang kerjanya shoot dan memotret digit pemakaian listrik kita, per bulannya.

Juru kamera ini berfungsi ganda, selain mencatat meteran listrik, dia juga melayani jasa tambahan daya di rumah Anda. Dia sendiri mengisahkan perilaku uniknya ini -tentu saja mantan Dirut PLN, Dahlan Iskan tak tau- kepada saya. Rasanya saya ingin deh dengan tawaran petugas lapangan ini. Hahahaha. Wow, ia berpromosi, tetangga di kompleksku (ia sambil menunjuk sebuah rumah), pemiliknya pernah meterannya dirakit dan melompatlah daya gedor listriknya dari 2.200 watt menjadi 4.400 watt.

Kalau nambah daya lewat PLN (legal), ongkosnya Rp.1.000.000 (Satu Juta Rupiah), tetapi jika lewat dia, hanya Rp.400.000 (empat ratus ribu rupiah). Hummmm, perbedaan harga yang signifikan. Syaratnya, pelanggan tidak melaporkan dan petugaspun tidak bilang-bilang. Ahay, kerjasama yang apik. "Bagaimana kalau ada operasi listrik dari PLN?", tanyaku "Ah, gak mungkin Bang, orang PLN jarang sekali operasi listrik", katanya. "Nah, kalau urusan tagihan tunggakan dan pencabutan aliran listrik, itu rajin Bang", sambungnya cukup meyakinkan.

"Trus uangnya diserahkan ke PLN yah?", tanyaku pura-pura. "Kalau lewat PLN Bang, ribet, harus masukkan surat, belum tentu cepat dilayani. Petugas lapangan juga sering malas-malasan", ungkapnya berkaca-kaca. "Saya orang kecil Bang, hanya cara ini saya bisa hidupi anak istri", keluhnya.

* * *

Cara kerja dia efisien, cukup merakit meteran dan mengganti Miniature Breaker Circuit. Pengakuannya, merakit meteran tak sampai 30 menit, selesai. Piawai dan terampil banget dia. Ah saya salah sangka selama ini, saya menuduh jauh seringnya mati lampu disebabkan mesin induk rusak, turbin tak bisa bekerja maksimal karena debit air menurun. Ah, rupanya kerusakan itu terjadi pada mentalitas petugas lapangan dan juga pelanggan PLN. Nakal kamu....!!!.

Sebaiknya jika ada Kompasianer melakukan ini, segeralah "menyucikan" meteran milik negara ini di rumah kita sebelum memasuki bulan suci ramadhan, kasihan lampu-lampu itu kita pakai menerangi ibadah buka puasa, sahur, bertadarruz. Puasa kita pasti batal dan tiada gunanya. Kita mulai dari hal kecil yuk untuk jujur, sebab menambah daya listrik dengan cara illegal adalah aktifitas pencurian dan tindak kriminal sejati, sekalipun PLN takkan tahu^^^.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun