Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis Itu Soal Nyali

27 Maret 2014   19:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:23 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1396857748415704030

[caption id="attachment_330559" align="aligncenter" width="300" caption="www.marsdorian.com"][/caption]

DI GERBANG artikel ke-900, kembali Kompasianer Makassar ini, memburai tulisan tentang sketsa psikologik menulis. Kuberdaulat di sini, menulis semau gue, sesuka hati, dan sepolos selera. Sudut lain, kumafhumi Kompasiana, sebuah media kelas VVIP, kadang mengerikan dan jibunan penulis hebat pula, ada di sini. Bersahutan ide, teknik menulis variatif, dan pola tulisan yang memiliki branding tersendiri, pembaca tersendiri, serta stimulan tersendiri.

Sebab, perkara menulis dan tulisan, tiada yang lebih buruk dari yang lain. Pulalah, tiada yang lebih baik di antara sekaum penulis. Itu soal taste, kanal selera menulis dan pembaca. Bukan area LIKE dan DISLIKE. Laksana menu makanan, makanan kesukaan yang tersaji, tak selalu memancing selera. Bahasa lainnya, 'suka' dan 'selera' bukan hukum absolut.

Lalu, tiga tahun berlatih menenggerkan tulisan di media milik Kompas ini, kusyukuri karena telah adekuat alasan untuk menyemai artikel dari beragam rubrik. Dan, kuverifikasi bahwa sesungguhnya; NYALI itu, energi utama. Dia adalah pusat pembangkit dalam menulis. Berapa deretan penulis yang cuma bernyali memulai satu paragraf dan keok. Tak bernyali mengusaikan artikelnya hingga akhir. Mereka alpa mengadopsi slogan KODAM VII/Wirabuana: 'SETIA HINGGA AKHIR".

Bolehlah kita berguru pada orang, tetapi konsultan menulis yang terindah adalah empirikal menulis, pembimbing terdahsyat adalah naik-turunnya kita dalam menulis, mendaki-daki, dan mengasah-asah strategi menulis -yang lalu- sungguh segala itu our teacher in writing.

Boleh pulalah kita bersabda bahwa hal ikhwal inspirasi dalam menulis, nyaris setiap penulis memilikinya, 'ilham' itu selalu hadir, di setiap tempo, di saban waktu, karena kita punyai indra. Indra itu sensor, jala-jala penjaring inspirasi di seputar kita, di keseharian kita sebagai penulis. Absurd-lah kehadiran inspirasi itu bila tak bernyali membeberkannya via artikel. Teramat mubassir! Itu semua disebabkan tabiat yang minim NYALI dalam melayangkan artikel. Padahal senyata-nyatanya ide itu telah segar-bugar di kepala.

Boleh jugalah kita berteori, menulis itu ranah bakat dan bukan bakat. Namun, kita wajib bijaksana pada diri sendiri bahwa tiada bertalian antara menulis dengan talenta. Sebab, berjibun orang diapresiasi berbakat dalam menulis, namun mereka juga tak menulis-nulis. Lagi-lagi, ini persoalan nyali. Mendingan memilih tak memiliki bakat menulis tetapi bernyali untuk menuliskan sesuatu, apa saja, lagi dan lagi. Pengalaman itulah 'bakat' yang sesungguhnya, terurai secara otomat, teramu dengan sistemik, dan terkonsep dengan alurnya, tersendiri pula.

Problematika gaya menulis, teknik penyampaian, patokan pesan, cara pandang dan harus start dari mana. Ah, itu bukan hal yang sulit, tak rumit pula. Yang big problem itu jikalau kita kalah sebelum menulis. Menulis itu penaklukan diri sendiri, bersaing dengan diri sendiri, dan pembujukan kuat-kuatan kepada diri sendiri. Lantas, guna melumasi diri dalam kelancaran menulis, maka trik singkat dan software psikis yang harus dipundaki adalah: menulis apa sajalah, pakai motto emang gue pikirin kalau minim visitor, menulis itu bukan perlombaan, menulis itu bukan pula perkara menyesakkan, pun bukan invitasi untuk tegang-tegangan, ataukah ajang untuk kecewa-kecewa, dan pesta puji-puji.

TETAPI, seluruh itu. Tak bermakna apa-apa, jika kita TAK PUNYA NYALI. Titik!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun