Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lelaki Pun Wajib Periksa Ini

3 Januari 2015   21:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:53 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TIADA salah bila istri itu cerewet, apatah lagi soal struk belanja. Ini kisahnya; selepas menulis tadi pagi di Kompasiana, saya menemani kedua putriku untuk beli mainan. Kedua putriku itu tahu tempat di mana ada mainan favoritnya itu. Sebagai ayah, kuturuti kehendak kedua putriku itu. Lalu, kami berada di sebuah toko moderen yang rambahannya sampai lorong-lorong kota. Dialah indo***et, sebuah jenis waralaba yang telah lama menyemarakkan roda ekonomi di Makassar ini.

[caption id="attachment_388053" align="aligncenter" width="300" caption="foto: Muhammad Armand"][/caption]

Kedua putriku, memilih masing-masing mainannya, sedang saya hanya pesan sebotol air mineral plus sebotol minuman bervitamin C. Tak terlalu lama kami di toko itu, kami hendak keluar. Malah anak-anaku sudah menuju kendaraan pribadiku. Saya tiba-tiba menjeda langkah, teringat pesan istri dalam dialek Makassar: "Papa, kalo belanjaki, coba-coba tong periksa struk". (Terjemahan: Papa, kalau belanja, cobalah sekali-sekali periksa struk).

Saya benar-benar memeriksanya, item per item. Lalu, saya periksa uang kembalian. Terasa ada yang ganjil, tidak pas dan mulailah saya berpikiran negatif kepada 'anak toko'. Berikutnya, saya potong aktifitas kasir itu, seorang kasir berambut lurus, warna kulit putih dan berhidung mancung: "Adek, bisa dicek ulang belanjaku", ajakku sambil menyerahkan struk yang masih 'hangat' dari mesin cash register. Gadis itu kurang respek padaku, lalu datang seorang karyawan, dialah yang mengecek struk. Saya serahkan uang kembalian yang hanya Rp.84.000 (delapan puluh empat ribu). Padahal tercetak di struk, kasir wajib mengembalikan sebesar Rp.92.900 (sembilan puluh dua ribu sembilan ratus rupiah) sebab saya serahkan Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah). Silakan hitung berapa selisihnya sodara-sodara.

Sebelum karyawan itu meminta maaf, saya lebih dini meminta maaf: "Minta maafka Dek, karena nutaumi jarang laki-laki periksa struk". (Arti: saya minta maaf Dek, karena Anda tahu jika laki-laki jarang periksa struk belanja". Usai saya ucapkan ini, keduanya anak toko itu, sunggingkan senyuman terpaksa sekali dan memohon maaf nyaris tak terdengar di telingaku. Hanya mimik mereka yang kubaca.

Bukan Jamannya Salahkan Kasir

Setelah saya dan kedua putriku, berada di halaman toko itu. Saya langsung berkesimpulan bahwa bukan jamannya lagi menyalahkan anak toko. Kenapa? Karena agenda tipu-tipu seperti ini, telah lama berlangsung. Mereka punya alasan untuk melakukan itu, sebab jika terjadi kehilangan barang-barang di toko, merekalah yang tanggung atau populer disebut NBH=Nilai Barang Hilang.

Kitalah sebagai custumer untuk tak malu-malu (lagi) untuk meneliti struk belanja, jangan peduli lagi apakah kasir jujur atau tak jujur. Itu bukan subtansinya lagi. Lagi-lagi, kitalah (terutama kaum lelaki, suami, atapupun cowok) untuk membaca struk. Tinggalkan kebiasaan lama kita sebagai lelaki yang cuek dan begitu mudahnya membuang struk. Biarkan zaman bergulir hingga suatu saat nanti, para kasirpun akan berkata: "Cara periksa struk antara ibu-ibu dan bapak-bapak, antara cowok dan cewek, sudah sama telitinya".

***

Jadi, wajiblah hukumnya seorang lelaki berkelakuan seperti ibu-ibu atau cewek-cewek. Dan, bukankah sabda Nabi Muhammad SAW bahwa sesungguhnya dalam jual beli dituntut keridhoan? Di penghujung artikelku, saya sekaligus ucapkan Happy Milad kepada Baginda Rasulullah (12 Rabiul Awal 1436 Hijriah) yang sabda-sabdanya sangatlah faktual, termasuk dalam perkara belanja dan jual beli^^^

BADGE:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun