Bila media bertanya perihal apa motif Debby Carolina selenggarakan kegiatan Goodbye UN dengan tema induk Bikini Summer Dress beserta dress code? Jawaban Debby Carolina: Agar siswa SMU yang selesai UN, bisa penyegaran setelah mereka tertekan di ajang Ujian Nasional! Bila media menyasar lagi, mengapa harus siswa-siswa pasca UN? Mungkin Debby Carolina akan berkelik lagi: Lah mereka kan sudah dewasa! Bila Debby Carolina, penulis usulkan agar sasaran undangan 'Pesta Bikini' itu adalah anak perempuannya, sepupu perempuannya atau ponaan perempuannya. Penulis meyakini, Finance Manager Divine Production itu bakal terdiam! Bukankah mereka juga sudah dewasa?
Lain lagi dengan pertanyaan serius penulis: "Kenapa bikininya yang disoroti habis? Kenapa itu yang diplototin?Bukankah anak-anak SMU, kerap kita lihat di kolam-kolam renang memakai bikini? Lantas, kita maunya apa? Ini memang gejala absurd dan refleksi dari 'ritual' pendidikan kita. Sekolah memang sudah labelnya memintarkan peserta didik, belum tiba pada formasi peningkatan nilai-nilai susila.
Peristiwa heboh Splash After Class, sebuah geliat alamiah, di mana orang-orang kreatif, lihai menelisik sisi lemah pendidikan kita. Pelajar-pelajar kita, sangat rentan akan pengaruh-pengaruh ekternal/dari luar sekolah. Membuat mereka lunglai dan rubuh, sebab pertahanan di sekolah, bisa disebut 'kurang kuat'. Bila saja kita sedikit flash back, ataukah menjernih-jernihkan batin-otak, sesungguhnya ini tamparan kecil terhadap area pendidikan kita. Nampaknya memang banyak 'potensi' untuk memperdayai anak-anak kita dari kalangan sekolah menengah.
Pukulan Sempurna
Penulis pun seorang pendidik, kubergidik dan merinding atas upaya penguatan dekadensi moral yang awalnya bertajuk pesta bikini dan diperlembut dengan istilah lain: pool party. Penulis tidaklah selatah itu, ini hanyalah trik promotor acara itu. Hakikatnya, penyelenggara sedang test case! Mereka juga telah berpikir matang bahwa bila pesta bikini bakal ditolak oleh publik karena alasan sosial-budaya yang sangat tidak pas dengan Indonesia. Lah, miss universe/miss world/miss Indonesia itu saja, ramai kontroversi kok. Senyatanya peserta miss-miss itu adalah orang sangat dewasa.
Maka, sungguh cerdik inisiator acara itu, ia turunkan menjadi pool party. Lalu, apakah bedanya bikini party dengan pool party? Ini jelas modus, lah keduanya gak sreg bila tidak menggunakan pakaian minimalis, bukan? Maka sangat pantas bila pihak polri mengusut latar di balik acara proyek pemerosotan moralitas anak-anak kita. Dan ini pukulan sempurna bagi dunia pendidikan kita. Kita loyal dan royal memersoalkan 'akibat' tanpa sedikit menoleh ke sekolah! Apa sajakah yang telah kita lakukan (guru, orangtua, keluarga) terhadap anak-anak kita itu?
***
Kenapakah bikini yang disoroti habis-habisan? Mengapa CO yang di-bully all out? Splash After Class? The Media Hotel and Tower? Diributkan soal hari esok, Sabtu 25 April 2015? Ngapain? Lah, sudah nyata-nnyata yang diundang anak-anak SMA! Kajian dasarnya; mengapa anak-anak kita yang diundang?
Perkara penggagas acara itu dengan segala persiapannya, itu urusan mereka! Mereka itu hanyalah 'benang', kitalah 'jarumnya'. Mereka melihat peluang itu memang menganga. Mereka memanglah salah, kitapun juga salah. Kesalahan kita adalah lalai! Walau Sidney J-Harris telah menggebuk kita sebelumnya, beliau berujar dengan sangat reflektif: "Seluruh tujuan pendidikan adalah untuk mengubah cermin kehidupan".
Mental terbelakang
Di dunia kesehatan, seluruh organ tubuh disanggah sana-sini, demi kemanan fisik dan juga unsur estetika. Usus-usus kita ini, betapa rentannya. Maka Tuhan menyelimutinya dengan kulit perut. Indahnya! Tulang kita ini, sungguh rentan dengan iklim luar yang fluktuatif, maka Tuhan memagarinya dengan daging dan kulit beserta pori-pori. Kulit dan dagung adalah 'pakaian'. Lantas mengapa di sisi keseharian lainnya, manusia justru bercanda dengan keselamatan fisiknya dengan meminimalisir pakaian?