Ranggas gojek di ubun presiden
Manalah itu bisa tertiba
Bila tiada temurun sebab
Seperti di hujan desember inilah
Tukang gojek bukan(lah) bangsa pengeluh
Di deras-deras sang hujan
Di panggang-panggang matahari
Merapah-rapah di kulit jalan-lorong gulita
........
Pada pak menteri berkata benar
Pada pak menteri yang belum baik
Ia benar tapi tak baik
Pada tukang gojek di tepi maut
Seindahnya itu kata
Dari seorang menteri agung
Sedia kata sejukkan sebidang tubuh
Sedia kata sejukkan setangkai jiwa
Mana pulalah itu membalik-balik
Mana adalah panas di musim dingin ini, bukan?
........
Lalu, tukang gojek menjahit hidup
Di perjumpaan nasi-lauk
Mereka tak serupalah bangau
Setahun sekali pulang ke rumah
'Tuk tengok-tengok anak-anaknya
Tukang gojek tak mewajah bangau
Mereka tiada mimpi indahnya
Tukang gojek senang pulang ke rumah
Lepas helem-masker-seragam-pelapis tangan
Labuhkan satu dua lembaran rupiah
Pada telapak suci anak-anaknya
Yang demikian itulah
Kisah abadi si tukang gojek
Memetik rintih, dibuangnya jua
Di sepanjang jalan kenangan
--------------
Makassar, 18 Desember 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H