Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Joko Widodo-Prabowo Bikin Aku Iri

30 Januari 2015   02:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:07 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_393908" align="aligncenter" width="300" caption="www.kompas.com"][/caption]

Kolom: Joko Widodo-Prabowo Bikin Aku Iri

Oleh: Muhammad Armand

SIKON psikislah, mengarakku untuk memilih salah seorang, darinya. Kedua anak manusia itu, menapaki garis hidupnya. Seorang sipil jadi presiden, seorang militer ditakdirkan setia mencintai tanah airnya, seteguh hatinya. Persuaan di Istana Bogor itulah, mendendang selaksa makna kenegaraan-persahabatan-kemanusiaan. Senyuman keduanya merekah, tawa yang indah, tanpa balutan dramatik. Ini, sungguh telah sanggup menyusun perasaanku dengan rapinya, tersusun simetris lagi -setelah berantakan sekian lamanya- di keseharianku.

Bikin iri

Meriah di luar sana, menggosip-gosipkan keduanya 'musuhan di balik selimut', dan hari ini artikulasi berarus negatif itu, terhenti sejenak. Nuansa gestur kekeluargaan Joko Widodo-Prabowo, telah membuatku sungguh iri. Mataku telah 'buta' untuk melihat ada apa di balik perjumpaan kedua sosok itu? Justru panca indra ini, masihlah merasai seteru-seteru pendukung. Sesumbar para pendukung itu, belum sanggup membuatku cemburu/iri karena saudara-saudara se-Indonesia-ku itu, masihlah separuh gontok-gontokan, di saat negara merindui perhatian dari segala elemen sosial dan unsur warga-masyarakat-rakyat.

[caption id="attachment_393912" align="aligncenter" width="300" caption="Semoga tak berlebihan bila kusebut: Seperti Kakak-Adik (www.kompas.com)"]

1422533808767532302
1422533808767532302
[/caption]

Kelewat sarkas bila kuberkata bahwa sungguh bebal hati kita, tak cair-cair, setelah menyaksikan eloknya silaturahmi antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto. Demikian pula, kepada kedua mantan Presiden Indonesia yang sampai tulisan ini kuterbangkan di Kompasiana, mereka belum juga meretas batin dalam kebekuan. Sesungguhnya lagi, saya ingin iri pada kali kedua, seumpama impianku agar dua mantan presiden itu, menenun kembali benang-benang persaudaraan seperti sedia kala, 12 tahun silam. Bila dihakikatkan, permusuhan dua orang tokoh nasional adalah aib nasional. Kita menanggung malu di dunia internasional.

Paranoid

Seketika pemandangan akan perjumpaan Joko Widodo-Prabowo Subianto, sedikit terkoyak dengan ramainya medan perseptual miring. Terkuaklah sebuah tamsil perkataan bahwa pertemuan itu hanya akan memeralat Prabowo Subianto. Duh, batinku kembali tak karuan. Gaya bahasa serupa itu, tiada akan membuat lebih baik. Lontaran sejenis itu seolah mendeskripsikan tanda-tanda bahaya -baik kepada Prabowo Subianto, maupun sang pelontar ucapan- di tanah air.

Beda lagi dengan hadirnya peringatan kepada Presiden Joko Widodo, berhati-hatilah berinteraksi dengan Prabowo Subianto! Kalimat apa lagi inikah? Tak bisakah sedikit menjedakan umpan-umpan permusuhan? Mengapa ada-ada saja orang yang tiba-tiba jadi 'pengadil' dari pertemuan yang baroqah itu? Lantas, Kompasianer Makassar ini berkesimpulan ringan bahwa segala ini bentuk gejala kecil dari sebuah ensiklopedi Psikologi. Paranoid, namanya. Teramat populer istilah ini di masyarakat. Namun betapa jarang masyarakat mengenali kalau-kalau penyakit ini telah menderanya. Ciri khusus dari gejala kejiwaan ini, melihat segala sesuatu yang dilakukan oleh orang lain (di luar dirinya, red) berpotensi membahayakan dirinya. Semoga mereka-mereka, disembuhkan penyakitnya atas ikhtiarnya dan rekomendasi Ilahi Rabbi. Insya Allah, semoga Tuhan berkenan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun