Mekarlah bunga-bunga di taman hati. Adalah kumpulan artikel kontemporerku di Kompasiana, telah 'setuju terbit' oleh PT.Penerbit IPB Press. Buku yang kelak berjudul: "Edukasi, Remaja dan Seks", pun telah dibubuhi komentar oleh Pepih Nugraha (Kompas.com), Alimin Maidin (Guru Besar Universitas Hasanuddin), Wardihan Sinrang (Wakil Rektor II Universitas Hasanuddin) dan Arlin Adam (Praktisi AIDS Nasional).
[caption id="attachment_213294" align="aligncenter" width="300" caption="Gerakan pembuatan buku kerjasama IPB Press-Universitas Hasanuddin (3 September 2012. Hansbaihaqi image-IPB Press)"][/caption] Alasan Hadirnya Artikel Ini
Artikel ini, seonggok respon atas seberkas tanya Kompasianer: "Bang, gimana perkembangan bukunya?". Dugaanku, pertanyaan itu serius. Beranjak dari pertanyaan itu menjadi alasan pokokku mengapa kutuliskan ini. Kujujur, rencana penerbitan buku itu berukuran 15 x 23, Soft Cover, Jilid Lem, Shrink, 160 halaman Book Paper 55 gr Black & White.
Belum terbit saja, duhai daku telah sangat bersyukur pada Ilahi. Inilah buku perdanaku berskala nasional, sebelumnya 'hanya' bertengger di puncak penerbitan berskala regional, itupun untuk kalangan mahasiswa.
Apa dan Mengapa?
Apa gerangan hingga kuberkaca-kaca memberitakan semua ini?. Jawabnya: membagi sekelumit pengalaman ringan pra orbit sebuah buku. Saat draft naskah kukirimkan ke PT. Penerbit IPB Press, hadir rasa ragu, apa iya naskah itu akan diterima?. Kusuntinglah artikelku di Kompasiana, terasa sudah fiksatif. Sayapun kirim naskah per 6 september 2012. Tak kuduga, hari senin, 17 September 2012, tibalah Surat Penawaran Harga, Penawaran ini sudah termasuk biaya layout isi, sampul, proof 2x. Kian terkesimalah daku saat SURAT PERJANJIAN PENERBITAN BUKU (MoU) ter-inbox di emailku.
* * *
Selama ini, kuremehkan informasi seputar penerbitan buku, akhirnya kumengerti setelah mengalaminya sendiri bahwa penulis pemula seperti saya ini, membiayai sendiri segala dana operasional dan berbayar DP 50% dari total anggaran. Buku yang pada CETAKAN PERTAMA (I) akan berjumlah 200 (dua ratus) eksemplar dan akan dikontrak penerbit selama 3 (tiga) tahun, kian membuatku bergairah untuk menulis apa saja yang kusaksikan, kupandangi dan kulewati di setiap hari dan hidupku.
Ragu Itu Indah
Ragu adalah manusiawi, pulalah diriku ini. Saat ragu dan gundah. Kuantisipasi mencari penerbit alternatif, jika tak berjumpa 'penerbit major', maka kompensasiku ke 'penerbit indie'. Walau kupahami, penerbit major butuh waktu dua bulanan untuk nyatakan: Terima atau Tolak.
Malahpun, sampai saat ini ragu itu masih hadir. Jadilah sebuah quote di pikiranku: "Tiada kepastian tanpa keraguan, tiada keraguan tanpa kepastian". Dan, sebaiknya kita memang harus selalu ragu...!!!. Bahkan (kalau tak salah) Shakespeare dalam karya bergenre tragedi -Hamlet- sempat tertera kalimat serupa ini: "Ragukan matahari terbit dari timur. Ragukan bara api itu panas tapi jangan pernah ragukan cintaku" Hahahaha Gombal