Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duet Maut Polri-KPK di Makassar

25 Februari 2015   17:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:32 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14248323752130456516

SAMAD dikerjai!

Di penjara itu nanti!

Dua kalimat itulah, terlontar dari Bapak Atjo Wahyu, intelektual muda yang dinasibkan berpikir terstruktur. Penulis terimbas hipotesa doktor muda jebolan Unair itu, akan jalan hidup seorang Abraham Samad. Tipislah harapan Samad untuk lolos dari lilitan hukum yang membelitnya. Polri sedang emosi tinggi, tiada yang sanggup mengerem aksi-aksinya.

Sesungguhnya, parade ciduk-menciduk adalah pertunjukan kekuatan sekaligus sirkus yang wajib dibahak-bahaki. Penegak hukum berkelahi, saling mempecundangi, tiada terjaga lagi simbol-simbol 'hukum'. Yang berlaku cumalah hukum kekuatan dan hukum kekekalan energi. Energi polri tergerus, energi KPK tereduksi. Kadang-kadang mereka rehat, mengumpulkan energi. Kemudian saling menyerang lagi. Ofensif, kata orang. Inilah duet maut tingkat nasional dan berimbas ke pemeriksaan Samad, di Makassar. Di ruang pemeriksaan polda itu, jelas kelanjutan dari duet maut nasional itu. Abraham tentu terhimpit, dan siap-siap hadapi kemungkinan terburuk. Karena layak diduga bahwa polri secara psikologik, marah kepada Samad yang mempersoalkan Budi Gunawan hingga BG tak terpenuhi ambisinya untuk jadi kapolri, dan Samad sukses dipasifkan sebagai ketua KPK. Posisi: SERI: 1-1. hihihi

[caption id="attachment_399265" align="aligncenter" width="392" caption="Puluhan elemen masyarakat, demonstasi pro Samad di halaman POLDA Sulselbar, kemarin (Dokpri)"][/caption]

Suap sudah tenaga kedua lembaga negara yang mulia itu. Hancur lebur jadi debu, dan 'kemuliaan' koruptor tersandang lagi, setidaknya para maling bernafas lega sebab skenario koruptor efektif running well. Ikhlas tak ikhlas, koruptor memang pemikir ulung, juru strategi yang cerdik-culas-cadas. Ini buah gerakan sunyi dari para koruptor. Buatkan arena tinju untuk polri vs KPK, biarkan mereka bertanding tanpa hitungan ronde. Itu taktik para koruptor di negeri ini. Toh yang menjadi pemain di sasana itu, juga terduga kuat sebagai koruptor. Jelaslah partai itu adalah tanding hidup mati.

Tekan Menekan

Menarik bagi penulis, kian ditekan polri, kian menguat. Melebihi dari bayangannya bahwa polri bisa sekuat itu dan selemah itu ikrarnya untuk ayomi negeri ini. Tiada kenal kata malu lagi, terbayang bila polisi berkelahi dengan wakil ketua KPKdi depan rumahku. Sekompleks bisa jadi malu menontonnya, apapun itu, warga harus melerainya. Dunia kian terbalik-balik, yang kerap leraikan perkelahian warga adalah polisi, kali ini beda choy, wargalah yang melerai perkelahian kedua institusi berwibawa itu.

Demonstrasi kemarin di Makassar, sesungguhnya lagi, itu wujud kepedulian, agar polri-KPK jangan berantem melulu. Nah, mereka ini warga, mencoba melerai pertikaian polri vs KPK. Tapi percuma saja, warga juga sedang menjala dengan jaring bolong. Bukan tiada guna demonstrasi itu, tetapi tiada akan mempengaruhi penegak hukum yang sedang berkelahi itu. Tiada yang bisa menghentikan tontonan itu kecuali mereka bubar sendiri dengan penuh kesungguhan. Ibarat dua dosen yang berkelahi di kampus, salah seorang di antaranya wajib berkata: "Jangan kita berkelahi, malu sama mahasiswa".

Tak bolehkah juga KPK-Polri berkata: "Jangan bertengkar di sini, malu sama warga, malu pada rakyat yang menonton kita dan malu pada Tuhan". Manusia berkelahi itu, manusiawi. Sulit menemukan manusia yang tiada pernah bertengkar dalam kronologi kehidupannya. Tetapi, manusia berkelahi melulu, itu mah gak manusiawi lagi. Kelakuan serupa itu dapat dideretkan dengan perkelahian abadi macan dan singa di savana Afrika sana.

Satire memang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun